Melemah Lagi, Rupiah Semakin Dekati Rp 14.000/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 April 2018 09:04
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan pelemahannya.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan pelemahannya. Rupiah pun semakin dekat ke Rp 14.000/US$. 

Pada Selasa (24/4/2018), US$ 1 di pasar spot diperdagangkan Rp 13.895 kala pembukaan pasar. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. 

Melemah Lagi, Rupiah Semakin Dekati Rp 14.000/US$Dolar AS vs Rupiah (Reuters)
 
Seperti halnya rupiah, mata uang regional pun cenderung melemah terhadap dolar AS. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap greenback:
 
Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang108.79-0,07
Yuan China6,32-0,01
Won Korsel1.070.00+0,28
Dolar Taiwan29,60-0,02
Dolar Singapura1,32-0,02
Ringgit Malaysia3,91-0,24
Peso Filipina52,31+0,11
Baht Thailand31,51+0,06
 
Dolar AS masih melanjutkan keperkasaannya. Dollar Index, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, kembali menguat 0,06%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah menguat 1,66%. 

Melemah Lagi, Rupiah Semakin Dekati Rp 14.000/US$Dollar Index (Reuters)
Greenback menguat seiring kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah di sana, di mana untuk tenor 10 tahun nyaris menyentuh 3%. Kenaikan yield seiring dengan ekspektasi inflasi di AS yang meningkat.

Beige Book The Federal Reserve/The Fed menyebutkan pelaku usaha sudah mulai meningkatkan pinjaman ke perbankan. Kemudian, belanja masyarakat juga semakin membaik dan pasar tenaga kerja terus positif.  

Teranyar, Markit Manufacturing PMI periode April 2018 tercatat 56,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 55,6. Ini merupakan ekspansi tercepat sejak September 2014.  

Geliat ekonomi tersebut memunculkan kekhawatiran percepatan laju inflasi. Obligasi adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap inflasi, sehingga kenaikan yield merupakan pertanda bahwa akan ada akselerasi inflasi. 

Data-data ekonomi yang positif seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi pasti positif, karena menandakan laju ekonomi Negeri Adidaya semakin moncer. Namun di sisi lain memunculkan kekhawatiran The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan secara agresif untuk mencegah terjadinya overheating.  

Kenaikan suku bunga acuan adalah kabar gembira bagi dolar AS. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan menjangkar ekspektasi inflasi sehingga nilai mata uang menjadi terapresiasi. 

Harapan

Namun, ada harapan pelemahan rupiah hari ini bisa agak teredam. Pekan lalu, pemerintah mengumumkan penerbitan obligasi valas sebesar US$ 1 miliar dan 1 miliar euro. Totalnya bernilai sekitar Rp 31 triliun.

Meski diumumkan pekan lalu, setelmen transaksi baru dilakukan hari ini. Oleh karena itu, Indonesia akan menerima pasokan valas dari penerbitan obligasi tersebut yang tentu saja bisa membantu meredam gejolak nilai tukar.

Selain itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowadojo juga sudah mengeluarkan pernyataan terkait pelemahan rupiah. Menurutnya, pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami Indonesia tetapi banyak negara. Ini karena dolar AS menguat secara luas (broadband).

Agus juga menekankan komitmen bank sentral untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. BI akan mengerahkan sumber daya untuk menjaga rupiah sesuai dengan fundamentalnya.


Pernyataan tersebut diharapkan bisa memberi kepercayaan kepada pelaku pasar. Dengan pernyataan Agus, pelaku pasar bisa sedikit tenang karena bank sentral selalu berada di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular