
Trump Kritik OPEC, Bursa Saham Asia Mayoritas Dibuka Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 April 2018 08:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia memulai perdagangan hari ini (23/4/2018) dengan negatif. Indeks Nikkei dibuka turun 0,02% ke level 22.157,88, indeks Kospi dibuka turun 0,11% ke level 2.473,7, indeks Strait Times dibuka turun 0,19% ke level 3.566,63, indeks Shanghai dibuka turun 0,26% ke level 3.063,44, dan indeks Hang Seng dibuka turun 0,48% ke level 30.273,03.
Sentimen negatif bagi bursa saham kawasan Asia masih datang dari cuitan Presiden AS Donald Trump yang mengritik secara keras Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) karena dianggap telah memanipulasi kenaikan harga minyak yang belakangan ini terjadi.
"Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan jumlah produksi minyak yang mencapai rekor di mana-mana, termasuk kapal-kapal penuh minyak di lautan, harga minyak yang sangat tinggi saat ini dibuat-buat! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima," tulis Trump di melalui akun @realDonaldTrump
Menyusul cuitan Trump tersebut, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent langsung anjlok. WTI turun 0,92% menjadi US$ 67,7/barel, sementara Brent turun 0,89% menjadi US$ 73,15/barel. Pada perdagangan hari ini, WTI turun 0,23% menjadi US$ 68,24/barel, sementara brent melemah 0,14% menjadi US$ 73,96/barel.
Jika sebelumnya genderang perang dagang dengan China yang ditabuh oleh Trump, nampaknya kini pelaku pasar harus bersiap menghadapi perang intervensi harga minyak antara AS dan OPEC.
Kemarahan Donald Trump ini sebenarnya memang bukan tanpa alasan. Belum lama ini Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi ingin harga minyak bergerak menuju US$ 80-100/barel guna mensukseskan penawaran perdana (IPO) saham Saudi Aramco.
Jika harga minyak melambung sampai setinggi itu, maka dampak positif dari kebijakan pemotongan pajak korporasi yang baru disahkan akhir 2016 lalu bisa menjadi berkurang, seiring naiknya biaya operasional dari korporasi-korporasi di AS.
Kemudian, pergerakan Wall Street pada hari Jumat (20/4/2018) lalu juga tak memberikan suntikan energi bagi bursa saham Benua Kuning hari ini. Kala itu, indeks Dow Jones turun 0,82%, indeks S&P 500 turun 0,85%, dan indeks Nasdaq turun 1,27%.
Saham emiten teknologi lagi-lagi jadi biang kerok anjloknya Wall Street. Kali ini, saham Apple terkoreksi hingga 4,1% pasca Morgan Stanley merilis riset yang menyebutkan penjualan iPhone pada kuartal-II tahun ini akan mengecewakan Wall Street.
Sebelumnya, proyeksi penjualan kuartal 2 yang mengecewakan dari produsen semikonduktor terbesar dunia yaitu Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSM) telah memberi indikasi bagi pelaku pasar bahwa kinerja keuangan dari emiten-emiten sektor teknologi di AS akan mengecewakan.
TSM memproyeksikan penjualan kuartal 2 sebesar US$ 7,8-7,9 miliar, jauh dibawah proyeksi analis yang sebesar US$ 8,8 miliar. Sebagai catatan, penjualan dari TSMC merupakan indikator dari kinerja perusahaan-perusahaan teknologi di AS, dikarenakan TSMC merupakan produsen chip yang digunakan oleh mereka.
(ank/ank) Next Article AS-China Makin Panas, Bursa Asia Kian Terjebak di Zona Merah
Sentimen negatif bagi bursa saham kawasan Asia masih datang dari cuitan Presiden AS Donald Trump yang mengritik secara keras Organisasi Negara-negara Penghasil Minyak (OPEC) karena dianggap telah memanipulasi kenaikan harga minyak yang belakangan ini terjadi.
"Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan jumlah produksi minyak yang mencapai rekor di mana-mana, termasuk kapal-kapal penuh minyak di lautan, harga minyak yang sangat tinggi saat ini dibuat-buat! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima," tulis Trump di melalui akun @realDonaldTrump
Jika sebelumnya genderang perang dagang dengan China yang ditabuh oleh Trump, nampaknya kini pelaku pasar harus bersiap menghadapi perang intervensi harga minyak antara AS dan OPEC.
Kemarahan Donald Trump ini sebenarnya memang bukan tanpa alasan. Belum lama ini Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi ingin harga minyak bergerak menuju US$ 80-100/barel guna mensukseskan penawaran perdana (IPO) saham Saudi Aramco.
Jika harga minyak melambung sampai setinggi itu, maka dampak positif dari kebijakan pemotongan pajak korporasi yang baru disahkan akhir 2016 lalu bisa menjadi berkurang, seiring naiknya biaya operasional dari korporasi-korporasi di AS.
Kemudian, pergerakan Wall Street pada hari Jumat (20/4/2018) lalu juga tak memberikan suntikan energi bagi bursa saham Benua Kuning hari ini. Kala itu, indeks Dow Jones turun 0,82%, indeks S&P 500 turun 0,85%, dan indeks Nasdaq turun 1,27%.
Saham emiten teknologi lagi-lagi jadi biang kerok anjloknya Wall Street. Kali ini, saham Apple terkoreksi hingga 4,1% pasca Morgan Stanley merilis riset yang menyebutkan penjualan iPhone pada kuartal-II tahun ini akan mengecewakan Wall Street.
Sebelumnya, proyeksi penjualan kuartal 2 yang mengecewakan dari produsen semikonduktor terbesar dunia yaitu Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSM) telah memberi indikasi bagi pelaku pasar bahwa kinerja keuangan dari emiten-emiten sektor teknologi di AS akan mengecewakan.
TSM memproyeksikan penjualan kuartal 2 sebesar US$ 7,8-7,9 miliar, jauh dibawah proyeksi analis yang sebesar US$ 8,8 miliar. Sebagai catatan, penjualan dari TSMC merupakan indikator dari kinerja perusahaan-perusahaan teknologi di AS, dikarenakan TSMC merupakan produsen chip yang digunakan oleh mereka.
(ank/ank) Next Article AS-China Makin Panas, Bursa Asia Kian Terjebak di Zona Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular