
Dolar AS Tembus Rp 13.820/US$, BI Langsung Intervensi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 April 2018 13:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjerembab hingga Rp 13.820/US$ siang ini. Bank Indonesia (BI) langsung melakukan intervensi untuk mencegah rupiah terjun terlalu dalam.
"Kita tidak pernah katakan fundamental. Tapi rupiah selalu kita jaga fundamentalnya. Ini kita ada di pasar," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Gedung Bank Indonesia, Jumat (20/4/2018).
Pada pukul 12.52 WIB rupiah terhadap dolar AS di pasar spot berada di level Rp 13.815/US$. Rupiah terhadap dolar AS mencapai nilai tertingginya di level Rp 13.820/US$ sebelum kemudian turun kembali. Sampai siang ini nilai terendahnya dolar AS di Rp 13.720/US$.
Dijelaskan Dody, rupiah menjadi yang terlemah di ASEAN dikarenakan masalah fundamental dalam negeri juga. Ia mengatakan, risiko transaksi berjalan mengakibatkan rupiah tak bisa lebih kuat.
"Risiko transaksi berjalan, akan lebih defisit dari tahun lalu. Tapi kita berikan penjelasan bahwa pelemahan itu didorong impor terkait bahan baku dan barang modal, artinya itu sebagai konsekuensi ekonomi bergerak. [Juga] masalah risiko inflasi karena kemungkinan harga naik," kata Dody.
"Risiko itu ada tapi BI menjaga sehingga sasaran inflasi akhir tahun tercapai," tambahnya.
Defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia mencapai 1,7% dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu. BI menargetkan CAD berada di kisaran 2%-2,5% di tahun ini.
(dru/prm) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
"Kita tidak pernah katakan fundamental. Tapi rupiah selalu kita jaga fundamentalnya. Ini kita ada di pasar," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Gedung Bank Indonesia, Jumat (20/4/2018).
Pada pukul 12.52 WIB rupiah terhadap dolar AS di pasar spot berada di level Rp 13.815/US$. Rupiah terhadap dolar AS mencapai nilai tertingginya di level Rp 13.820/US$ sebelum kemudian turun kembali. Sampai siang ini nilai terendahnya dolar AS di Rp 13.720/US$.
"Risiko transaksi berjalan, akan lebih defisit dari tahun lalu. Tapi kita berikan penjelasan bahwa pelemahan itu didorong impor terkait bahan baku dan barang modal, artinya itu sebagai konsekuensi ekonomi bergerak. [Juga] masalah risiko inflasi karena kemungkinan harga naik," kata Dody.
"Risiko itu ada tapi BI menjaga sehingga sasaran inflasi akhir tahun tercapai," tambahnya.
Defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia mencapai 1,7% dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu. BI menargetkan CAD berada di kisaran 2%-2,5% di tahun ini.
(dru/prm) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular