Dolar AS Rp 13.800 dan Rupiah Terjeblok di ASEAN, Ini Kata BI

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 April 2018 13:15
BI menyebut risiko CAD membuat rupiah melemah di kawasan Asia Tenggara.
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Meski beberapa mata uang di kawasan Asia Tenggara melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Jumat (20/4/2018), rupiah mencatatkan depresiasi terdalam hingga 0,25% dan menembus Rp 13.800 per dolar dibandingkan negara-negara lain.

Bank Indonesia (BI) yang selalu menyebut kondisi global sebagai alasan pelemahan rupiah, memberi penjelasan lebih dalam.


"Masalah risiko CAD [current account deficit], risiko transaksi berjalan, akan lebih defisit dari tahun lalu. Tapi kita berikan penjelasan bahwa pelemahan itu didorong impor terkait bahan baku dan barang modal, artinya itu sebagai konsekuensi ekonomi bergerak.. [Juga] masalah risiko inflasi karena kemungkinan harga naik," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada wartawan hari Jumat.

"Risiko itu ada tapi BI menjaga sehingga sasaran inflasi akhir tahun tercapai," tambahnya.

Defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia mencapai 1,7% dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu. BI menargetkan CAD berada di kisaran 2%-2,5% di tahun ini.

Selain itu, dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hari Kamis (19/4/2018), bank sentral menyatakan target inflasi tahun ini sebesar 2,5% hingga 4,5%, tidak berubah dari target yang ditetapkan sebelumnya.

Dody menyebut dampak eksternal dan internal secara seimbang mempengaruhi pergerakan rupiah.


"Dari domestik tidak ada isu, dinamika global jadi faktor yang menyebar ke semua mata uang emerging," ujarnya.

"Masalah yang kita punya itu pendalaman pasar valas [valuta asing], kita menuju posisi currency account surplus, ekspor harus digenjot. Kita harapkan ada local currency settlement. Jadi, semua itu bagian inisiatif yang kita jalankan," kata Dody.
(prm/wed) Next Article Pecah Rekor 3 Tahun, Rupiah Perkasa Pimpin Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular