Kondisi Ekonomi RI Triwulan I-2018 di Tengah Jebloknya Rupiah

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
20 April 2018 10:45
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih saja berada di tengah keterpurukan. Bagaimana kondisi ekonomi RI?
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih saja berada di tengah keterpurukan. Rupiah sudah melemah 1,5% (year to date) sejak awal tahun yang menjadikan Indonesia berada di posisi nilai tukar yang melemah paling dalam se-ASEAN setelah Peso (Filipina).

Sebenarnya bagaimana kondisi ekonomi Indonesia pada triwulan I-2018?

Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada Maret 2018 namun kemudian bergerak stabil pada paruh pertama April 2018. Pada Maret 2018, secara rata-rata harian rupiah terdepresiasi 1,13%.

"Tekanan terhadap rupiah terutama disebabkan oleh perbaikan indikator ekonomi AS yang diikuti ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga FFR yang lebih agresif, serta risiko berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok. Hal tersebut mendorong pembalikan modal asing dan tekanan depresiasi nilai tukar pada berbagai mata uang dunia, termasuk Indonesia," ungkap BI dalam keterangannya setelah Rapat Dewan Gubernur, Kamis (20/4/2018).

BI selalu menyampaikan terpuruknya rupiah terhadap dolar AS selalu akibat kondisi global. Untuk itu, BI telah melakukan stabilisasi dan menjaga rupiah sesuai fundamentalnya.

"Rupiah terkendali didukung langkah stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia serta sejalan dengan tetap terkendalinya inflasi, kenaikan rating Indonesia, dan surplus neraca perdagangan yang mendorong aliran masuk investasi portofolio asing, rupiah kembali stabil pada paruh pertama April 2018," tutur BI.

Namun, pada hari ini, Jumat (20/4/2018), kurs referensi mata uang rupiah terhadap dolar AS dalam perdagangan antar bank kembali melemah. Rupiah melemah lawan dolar AS hingga 26 poin.

Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Jumat (20/4/2018) tercatat Rp 13.804. Sementara pada hari sebelumnya, Kamis (19/4/2018) dolar AS tercatat Rp 13.778/US$.

Di pasar spot, data Reuters mencatat dolar AS pada pukul 10:00 WIB diperdagangkan di Rp 13.815/US$. Posisi terlemah rupiah berada di 13.815/US$, dan posisi terkuat berada di 13.785/US$.


"Bank Indonesia akan terus mewaspadai meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global dan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," kata BI.

Kondisi Global Versi BI

BI juga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi global 2018 diperkirakan semakin kuat, meskipun terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati. Peningkatan pertumbuhan ekonomi global bersumber dari perbaikan ekonomi negara maju dan negara berkembang yang terus berlanjut.

"Di negara maju, pertumbuhan ekonomi AS pada 2018 diprakirakan lebih tinggi dan diikuti inflasi yang meningkat. Penguatan ekonomi AS ditopang oleh investasi dan konsumsi yang menguat seiring dampak stimulus fiskal," terang BI.

Sementara itu, masih menurut BI ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh lebih baik didukung peningkatan konsumsi dan kebijakan moneter yang akomodatif. Di negara berkembang, ekonomi Tiongkok diperkirakan tetap tumbuh cukup tinggi didorong oleh kenaikan konsumsi, di tengah investasi yang melambat seiring dengan proses rebalancing ekonomi.

"Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia yang berdampak pada tetap kuatnya harga komoditas global, termasuk minyak, pada 2018," tambah BI.

Namun, sejumlah risiko perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain berkaitan dengan dampak berlanjutnya proses normalisasi kebijakan moneter AS dalam bentuk kenaikan suku bunga FFR dan pengurangan neraca bank sentral, inward oriented trade policy, dan faktor geopolitik khususnya di Timur Tengah yang dapat meningkatkan volatilitas di pasar keuangan serta menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Ekonomi Indonesia Triwulan I-2018

BI masih optimistis, perekonomian Indonesia pada triwulan I 2018 diprakirakan tumbuh lebih baik dari triwulan yang sama tahun sebelumnya, ditopang oleh permintaan domestik khususnya investasi. Investasi meningkat baik pada investasi bangunan maupun nonbangunan. Investasi bangunan meningkat sejalan dengan kemajuan proyek infrastruktur oleh pemerintah dan swasta.

Sementara itu, peningkatan investasi nonbangunan terutama terjadi pada sektor primer, khususnya pertambangan. Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia triwulan I 2018 menunjukkan adanya peningkatan kegiatan dunia usaha dan diikuti oleh membaiknya kinerja korporasi nonkeuangan di berbagai sektor.

"Demikian juga konsumsi swasta diperkirakan meningkat didukung oleh penguatan daya beli, seiring dengan perbaikan pendapatan dan akselerasi penyaluran bantuan sosial, serta peningkatan pengeluaran terkait Pilkada serentak," tulis BI.

Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh positif terutama bersumber dari ekspor komoditas pertambangan dan produk manufaktur yang membaik. Sementara itu, impor juga diprakirakan meningkat khususnya barang modal dan bahan baku.

"Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2018, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,1-5,5% (yoy)," demikian proyeksi BI.


(dru) Next Article Gubernur BI Akhirnya Blak-blakan! Rupiah Anjlok Karena Berita Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular