
Saham Semakin Diburu, Obligasi Terus Dilepas Investor
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 April 2018 13:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka naik tipis 0,01% Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merangkak naik sepanjang perdagangan hari ini. Sampai dengan akhir sesi 1, IHSG menguat sebesar 0,22% ke level 6.333,85.
Di sisi lain, pasar obligasi mengalami tekanan. Pasca naik sebesar 0,3bps pada awal perdagangan (dari 6,635% menjadi 6,638%), imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun kini kembali naik ke level 6,661%. Sebagai catatan, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harganya.
Pada hari ini, investor nampak cukup bersemangat dalam mengalihkan dananya dari instrumen yang relatif aman seperti obligasi ke instrumen yang lebih beresiko seperti saham. Ada beberapa sentimen yang mendorong naiknya risk appetite dari investor.
Pertama, pernyataan Menteri keuangan Sri Mulyani bahwa Indonesia berkeinginan untuk bergabung dalam blok dagang Trans-Pacific Partnership. Berbicara kepada CNBC dalam pertemuan musim semi IMF-World Bank di Washington, mantan Direktur Pelaksana World Bank tersebut mengungkapkan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam TPP memang selalu menjadi keinginan Presiden Joko Widodo.
Namun, ia juga mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan menjadi prioritas pada saat ini.
"Arahnya menuju ke sana [bergabung dengan TPP], namun kami masih harus menyelesaikan berbagai masalah struktural. Itulah mengapa pemerintah Indonesia memfokuskan diri pada konektivitas, sumber daya manusia, dan reformasi kemudahan berusaha atau ease of doing business," ujarnya, dilansir dari CNBC International, Kamis (19/4/2018).
Terlepas dari ikut-tidaknya AS dalam kesepakatan ini, keikutsertaan Indonesia dalam TPP, jika didukung oleh daya saing yang baik dari industri dalam negeri, berpotensi meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pelaku pasar menyambut kabar ini dengan positif.
Dari sisi eksternal, semakin nyatanya pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong Un membuat investor optimis bahwa Korea Utara pada akhirnya akan melakukan denuklirisasi. Sebelumnya, uji coba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara seringkali membuat investor melarikan dananya ke instrumen safe haven seperti emas, obligasi, Yen, dan Franc.
Optimisme investor juga ditopang oleh keyakinan akan tercapainya kesepakatan dagang yang saling menguntungkan antara AS dan Jepang. Dalam konferensi pers bersama pasca pertemuan kemarin, Trump mengungkapkan bahwa kedua negara akan bekerja sama dalam hal perdagangan. Abe menambahkan bahwa nantinya akan ada diskusi mengenai kebijakan perdagangan yang bebas, adil, dan saling menguntungkan.
Sementara itu, konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa bank sentral akan menahan suku bunga acuannya di level 4,25%. Akibatnya, tak ada sentimen positif dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) bagi pasar obligasi. Pada umumnya, pasar obligasi akan menguat kala bank sentral menurunkan suku bunga acuan.
(ank/ank) Next Article Komoditas Hingga Perbankan, Sektor Berpeluang Melesat di 2021
Di sisi lain, pasar obligasi mengalami tekanan. Pasca naik sebesar 0,3bps pada awal perdagangan (dari 6,635% menjadi 6,638%), imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun kini kembali naik ke level 6,661%. Sebagai catatan, pergerakan imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harganya.
Pada hari ini, investor nampak cukup bersemangat dalam mengalihkan dananya dari instrumen yang relatif aman seperti obligasi ke instrumen yang lebih beresiko seperti saham. Ada beberapa sentimen yang mendorong naiknya risk appetite dari investor.
Namun, ia juga mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan menjadi prioritas pada saat ini.
"Arahnya menuju ke sana [bergabung dengan TPP], namun kami masih harus menyelesaikan berbagai masalah struktural. Itulah mengapa pemerintah Indonesia memfokuskan diri pada konektivitas, sumber daya manusia, dan reformasi kemudahan berusaha atau ease of doing business," ujarnya, dilansir dari CNBC International, Kamis (19/4/2018).
Terlepas dari ikut-tidaknya AS dalam kesepakatan ini, keikutsertaan Indonesia dalam TPP, jika didukung oleh daya saing yang baik dari industri dalam negeri, berpotensi meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pelaku pasar menyambut kabar ini dengan positif.
Dari sisi eksternal, semakin nyatanya pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong Un membuat investor optimis bahwa Korea Utara pada akhirnya akan melakukan denuklirisasi. Sebelumnya, uji coba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara seringkali membuat investor melarikan dananya ke instrumen safe haven seperti emas, obligasi, Yen, dan Franc.
Optimisme investor juga ditopang oleh keyakinan akan tercapainya kesepakatan dagang yang saling menguntungkan antara AS dan Jepang. Dalam konferensi pers bersama pasca pertemuan kemarin, Trump mengungkapkan bahwa kedua negara akan bekerja sama dalam hal perdagangan. Abe menambahkan bahwa nantinya akan ada diskusi mengenai kebijakan perdagangan yang bebas, adil, dan saling menguntungkan.
Sementara itu, konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa bank sentral akan menahan suku bunga acuannya di level 4,25%. Akibatnya, tak ada sentimen positif dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) bagi pasar obligasi. Pada umumnya, pasar obligasi akan menguat kala bank sentral menurunkan suku bunga acuan.
(ank/ank) Next Article Komoditas Hingga Perbankan, Sektor Berpeluang Melesat di 2021
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular