Penguatan Saham United Tractors Tahan Laju Koreksi IHSG

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 April 2018 14:50
Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) menguat sebesar 3% pada hari ini ke level Rp 36.000/saham
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) menguat sebesar 3% pada hari ini ke level Rp 36.000/saham. Penguatan saham UNTR tersebut berkontribusi positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang saat ini terjebak di zona merah.

Penguatan saham UNTR dipicu oleh royalnya perusahaan dalam membagikan dividen. Dalam RUPS yang digelar kemarin, perusahaan memutuskan untuk membagikan Rp 3,3 triliun dari laba bersih tahun lalu yang senilai Rp 7,4 triliun sebagai dividen. Artinya, dividend payout ratio perusahaan mencapai 44,6%. Sebagai perbandingan, pada tahun lalu dividend payout ratio perusahaan hanya sebesar 30% dari total laba bersih 2016.

Dividen yang dibagikan perusahaan pada tahun ini adalah sebesar Rp 893/saham, termasuk di dalamnya merupakan dividen interim senilai Rp 282 per saham atau sebesar Rp 1,1 triliun yang telah dibagikan pada 23 Oktober 2017. Dengan demikian, dividen tunai yang akan dibagikan bernilai sebesar Rp 611 per saham dan akan dibagikan pada 15 Mei mendatang dengan recording date pada 26 April.

"Karena kebetulan kondisi bagus dan kami mempunyai dana kas yang cukup untuk mengembalikan ke shareholders (pemegang saham) tapi pembagian dengan itu tidak mengorbankan kebutuhan investasi," terang Gidion Hasan selaku Presiden Direktur United Tractors di Kantor United Tractor, Jakarta, Senin (16/4).

Penjualan Diproyeksi Meroket 20%
Selain dipicu oleh royalnya perusahaan dalam membagikan dividen, kenaikan harga saham UNTR juga dimotori oleh tingginya proyeksi pertumbuhan pendapatan yang dipaparkan perusahaan kemarin.

Pada tahun ini, perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 20% jika dibandingkan capaian tahun lalu yang sebesar Rp 64,55 triliun. Pendapatan tahun ini akan lebih banyak disumbangkan oleh bisnis pertambangan dan mesin konstruksi.

Direktur Keuangan dan Akuting United Tractor Iwan Haiantoro mengatakan pertumbuhan kinerja perseroan tahun ini akan ditopang peningkatan kinerja beberapa anak usaha di tahun ini.

"Kenaikan pendapatan tahun ini lebih banyak dari pertambangan dan mesin konstruksi karena tingkat over burden yang tinggi. Target pendapatan bisa 20%, kalau laba biasanya tidak kita berikan," kata Iwan di Kantor United Tractors, Jakarta, Senin (16/4).

Proyeksi yang diberikan perusahaan ini lebih tinggi dari yang diproyeksikan oleh analis. Melansir konsensus yang dihimpun oleh Reuters, rata-rata proyeksi analis atas pendapatan perusahaan pada tahun ini adalah sebesar Rp 73,3 triliun, naik 13,5% dari realisasi tahun 2017.

Guna mewujudkan target tersebut, perusahaan menganggarkan belanja modal (capex) senilai Rp 10,8 triliun hingga Rp 11,47 triliun pada tahun ini yang bersumber dari kas perusahaan. Dana belanja modal tersebut, akan digunakan untuk investasi peralatan baru anak perusahaan PT Pama Persada. Anggaran belanja modal tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah perusahaan.

Waspadai Tren Penurunan Harga Batu Bara
Sebelum tergiur mengoleksi saham UNTR, investor patut mewaspadai tren pelemahan harga batu bara yang sudah terjadi sepanjang tahun. Sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, harga batu bara acuan Newcastle telah turun sebesar 7,74% ke level US$ 93/metrik ton.

Pelemahan harga batu bara sepanjang tahun ini sedikit-banyak dipengaruhi oleh permintaan batu bara global yang turun, seiring berkurangnya permintaan China. Penurunan permintaan batu bara dari Negeri Tirai Bambu itu dipengaruhi setidaknya oleh dua kebijakan.

Pertama, kebijakan pemerintah China yang memperkenalkan standar energi terbarukan dan mewajibkan seluruh Produsen Pembangkit Independen (IPP) China untuk menetapkan 15% dari total pembangkit listrik portofolionya ke energi terbarukan hingga 2020. Kedua, kebijakan pembatasan penggunaan batu bara seiring dengan terjadinya overcapacity di industri baja dan semen.

Selain itu, kontraksi harga batu bara juga dipicu oleh kekhawatiran terhadap perang dagang China dan AS. Seperti diketahui, belakangan ini AS dan China gencar balas-membalas mengenakan tarif untuk produk impor dari masing-masing negara.

Jika perang dagang benar-benar terjadi antar dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut, maka permintaan atas batu bara sebagai salah satu sumber energi utama dunia dipastikan akan tertekan.

Jika penurunan harga batu bara terus berlanjut, maka proyeksi pertumbuhan pendapatan UNTR yang dipatok sebesar 20% pada tahun ini mungkin saja meleset.
(hps) Next Article IHSG Anjlok Hampir 5%, Tiga Saham Ini Justru Diborong Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular