
Indeks Shanghai Dibuka Turun 0,15%, Hang Seng Menguat 0,64%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 April 2018 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka turun 0,15% ke level 3.203.28 poin, sementara indeks Hang Seng menguat 0,64% ke level 31.094,11 poin.
Pelemahan indeks Shanghai banyak disumbang oleh sektor industri (-0,13%) dan konglomerasi (-0,17%). Pada hari ini, ada beberapa data penting yang berpotensi dirilis pemerintahan China, yakni pertumbuhan jumlah uang beredar kategori M2 periode Maret dan jumlah penyaluran kredit baru periode Maret.
Kemarin (11/4/2018), rilis data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan terbukti menjadi sentimen positif bagi bursa saham Negeri Panda. Inflasi China periode Maret diumumkan di level 2,1% YoY, jauh lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,6% YoY.
Sementara itu, indeks harga produsen untuk periode yang sama diumumkan di angka 3,1% YoY, juga lebih rendah dibandingkan ekspektasi yang sebesar 3,2% YoY.
Dari Hong Kong, sebanyak 38 dari 50 saham penghuni indeks Hang Seng ditransaksikan menguat, 10 saham melemah, sementara 2 sisanya tak mencatatkan perubahan harga. Penguatan indeks Hang Seng paling banyak disumbang oleh saham CNOOC Ltd yang menguat 0,32% menjadi HK$ 12,34/saham.
Penguatan saham perusahaan yang memiliki lini bisnis pertambangan minyak mentah dan gas bumi ini tak lain ditopang oleh kenaikan harga komoditas minyak mentah di pasar dunia.
Memanasnya tensi antara AS dengan Suriah berikut dengan sekutunya yaitu Rusia dan Iran terkait dengan serangan gas beracun di Douma pada hari Sabtu lalu (7/4/2018) telah mendorong harga si emas hitam meroket.
Pada perdangan kemarin, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 1,94% ke level US$ 66,65/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 1,39% menjadi US$ 72,03/barel. Tak ada rilis data ekonomi dari Hong Kong yang dijadwalkan untuk hari ini.
Selain perkembangan dari memanasnya hubungan AS dengan Suriah (beserta Rusia dan Iran), pelaku pasar juga mencermati rilis risalah rapat bulan lalu atau minutes of meeting oleh the Federal Reserve. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa seluruh anggota FOMC memandang kondisi ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir.
"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.
Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga acuan, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
(ank/ank) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Pelemahan indeks Shanghai banyak disumbang oleh sektor industri (-0,13%) dan konglomerasi (-0,17%). Pada hari ini, ada beberapa data penting yang berpotensi dirilis pemerintahan China, yakni pertumbuhan jumlah uang beredar kategori M2 periode Maret dan jumlah penyaluran kredit baru periode Maret.
Kemarin (11/4/2018), rilis data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan terbukti menjadi sentimen positif bagi bursa saham Negeri Panda. Inflasi China periode Maret diumumkan di level 2,1% YoY, jauh lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,6% YoY.
Dari Hong Kong, sebanyak 38 dari 50 saham penghuni indeks Hang Seng ditransaksikan menguat, 10 saham melemah, sementara 2 sisanya tak mencatatkan perubahan harga. Penguatan indeks Hang Seng paling banyak disumbang oleh saham CNOOC Ltd yang menguat 0,32% menjadi HK$ 12,34/saham.
Penguatan saham perusahaan yang memiliki lini bisnis pertambangan minyak mentah dan gas bumi ini tak lain ditopang oleh kenaikan harga komoditas minyak mentah di pasar dunia.
Memanasnya tensi antara AS dengan Suriah berikut dengan sekutunya yaitu Rusia dan Iran terkait dengan serangan gas beracun di Douma pada hari Sabtu lalu (7/4/2018) telah mendorong harga si emas hitam meroket.
Pada perdangan kemarin, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 1,94% ke level US$ 66,65/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 1,39% menjadi US$ 72,03/barel. Tak ada rilis data ekonomi dari Hong Kong yang dijadwalkan untuk hari ini.
Selain perkembangan dari memanasnya hubungan AS dengan Suriah (beserta Rusia dan Iran), pelaku pasar juga mencermati rilis risalah rapat bulan lalu atau minutes of meeting oleh the Federal Reserve. Dalam risalah tersebut, terungkap bahwa seluruh anggota FOMC memandang kondisi ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir.
"Seluruh partisipan sepakat ekonomi sudah semakin kuat dalam beberapa bulan ini. Oleh karena itu, inflasi diperkirakan akan naik dalam bulan-bulan ke depan," sebut risalah itu.
Dengan perkembangan ini, maka kartu kenaikan suku bunga acuan lebih dari tiga kali kembali ada di atas meja. Kenaikan suku bunga acuan, apalagi secara agresif, bukan kabar baik bagi pasar saham.
(ank/ank) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Most Popular