Awal Pekan, Saham Bank Topang Penguatan IHSG

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 April 2018 09:25
Sektor ini menguat hingga 0,43%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - IHSG Dibuka menguat 0,08% ke level 6.180,26 pada perdagangan pertama di pekan ini. Saham-saham sektor jasa keuangan nampak menjadi pilihan investor pada awal perdagangan. Sektor ini menguat hingga 0,43%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

Penguatan saham-saham bank yang masuk dalam kategori BUKU IV menjadi motor penguatan sektor jasa keuangan: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 0,57%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 0,66%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,22%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 0,9%.

Pelaku pasar nampak mengapresiasi langkah Bank Indonesia dalam melakukan intervensi di pasar valuta asing. Hal ini terlihat dari cadangan posisi cadangan devisa per akhir Maret yang turun menjadi US$ 126 miliar, dari yang sebelumnya US$ 128,06 pada akhir Februari. Adanya kepastian dari bank sentral tersebut membuat investor kembali optimis untuk melakukan aksi beli di pasar saham.

Dari sisi eksternal, kelanjutan kebijakan perdagangan antara China dan AS masih akan dicermati pelaku pasar, terutama pasca Trump memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengkaji kemungkinan mengenakan bea masuk baru bagi senilai US$ 100 miliar produk impor asal China pada hari Jumat lalu (6/4/2018).

Namun, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kembali mencoba menenangkan pasar. Mengutip CNBC, Kudlow mengakui bahwa negosiasi soal tarif bea masuk dengan China memang belum menemui kesimpulan. Namun, dia menegaskan bahwa sejauh ini belum ada perang dagang antara AS dengan China.

Suntikan energi bagi IHSG pada pagi hari ini juga datang dari konfirmasi pemerintahan AS terkait niat dari Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un terkait dengan program denuklirisasi. Hal tersebut disampaikan oleh orang dalam pemerintahan Trump kepada NBC News, seperti dikutip dari CNBC. Langkah pertemuan antar kedua negara yang direncakan sebelum akhir Mei mendatang lantas menjadi semakin terbuka.

Sebelumnya, kebenaran dari niat Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi belum dapat dikonfirmasi secara penuh, lantaran hal tersebut hanya disampaikan oleh Korea Selatan dan China.

Jika program denuklirisasi benar-benar terjadi nantinya, tentu hal ini akan menjadi berita yang luar biasa positif bagi pasar keuangan dunia. Pasalnya, sepanjang 2017 dan awal 2018 isu tersebut seringkali memberikan tekanan.


(hps/hps) Next Article Prabowo Pasti Presiden-Konflik Timteng, Begini Nasib Saham Bank di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular