
Vale Indonesia Alokasikan Belanja Modal Rp 1,28 T
Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 April 2018 18:37

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 95 juta atau setara dengan Rp 1,28 triliun (dengan asumsi US$ 1=Rp 13.500). Nilai tersebut meningkat dari capex yang dianggarkan tahun lalu yang sebesar US$ 68 juta.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan tahun ini perusahaan tak memiliki investasi baru. Capex di tahun ini akan digunakan untuk meningkatkan kuantitas produksi perusahaan yang sudah ada saat ini.
"Mayoritas untuk sustaining, tapi ada 18% untuk perbaikan berkala. Memang lebih banyak untuk sustaining saja," kata Febriany di Energy Building Jakarta, Rabu (4/4).
Dia menyebutkan bahwa belanja modal ini seluruh dananya akan berasal dari kas internal perusahaan. Hingga akhir 2017, kas dan setara kas perusahaan berjumlah sebesar US$ 221,69 miliar, naik dari US$ 185,56 miliar di akhir 2016.
Tahun ini perusahaan berencana untuk meningkatkan produksi nikelnya mencapai 77,5 metrik ton-77,8 metrik ton, meningkat dari produksi perusahaan tahun lalu yang sebesar 76,80 metrik ton dan penjualan di tahun lalu yang sebanyak 77,64 metrik ton.
Perusahaan menargetkan jumlah pendapatan akan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya harga nikel dunia. Namun tidak disebutkan besaran target pertumbuhan tahun ini.
Vale Indonesia menilai permintaan nikel tahun ini cukup tinggi, ditopang oleh meningkatnya permintaan dari industri stainless steel dan China sehingga memengaruhi jumlah ketersediaan nikel yang ada saat ini.
Selain itu, perusahaan perlu melakukan efisiensi biaya mengingat kenaikan harga minyak, sebagai sumber energi utama produksi perusahaan yang terus melonjak. Sejak tahun lalu perusahaan sudah mengalihkan penggunaan minyak ke batu bara dan menghemat hingga US$ 23 juta dalam setahun.
(hps) Next Article Cari Dana untuk Capex, PGN akan Terbitkan Global Bond
Direktur Keuangan Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan tahun ini perusahaan tak memiliki investasi baru. Capex di tahun ini akan digunakan untuk meningkatkan kuantitas produksi perusahaan yang sudah ada saat ini.
"Mayoritas untuk sustaining, tapi ada 18% untuk perbaikan berkala. Memang lebih banyak untuk sustaining saja," kata Febriany di Energy Building Jakarta, Rabu (4/4).
Tahun ini perusahaan berencana untuk meningkatkan produksi nikelnya mencapai 77,5 metrik ton-77,8 metrik ton, meningkat dari produksi perusahaan tahun lalu yang sebesar 76,80 metrik ton dan penjualan di tahun lalu yang sebanyak 77,64 metrik ton.
Perusahaan menargetkan jumlah pendapatan akan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya harga nikel dunia. Namun tidak disebutkan besaran target pertumbuhan tahun ini.
Vale Indonesia menilai permintaan nikel tahun ini cukup tinggi, ditopang oleh meningkatnya permintaan dari industri stainless steel dan China sehingga memengaruhi jumlah ketersediaan nikel yang ada saat ini.
Selain itu, perusahaan perlu melakukan efisiensi biaya mengingat kenaikan harga minyak, sebagai sumber energi utama produksi perusahaan yang terus melonjak. Sejak tahun lalu perusahaan sudah mengalihkan penggunaan minyak ke batu bara dan menghemat hingga US$ 23 juta dalam setahun.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan dengan harga batu bara yang lebih murah dibanding minyak. Batu bara yang digunakan perseroan berkalori 6.000 kcal untuk mempertahankan standar emisinya.
"Tahun lalu kita masih mencoba satu kiln dengan bahan bakar batu bara, bulan ini kita akan coba ke kiln kedua dan mau ditingkatkan konversinya. Tahun lalu kan batu bara untuk energi dan reductan, tahun ini mau kita coba batu bara dengan kalori lebih rendah untuk reductan supaya biaya lebih optimum," kata Febriany di Energy Building Jakarta, Rabu (4/4).
Febriany menyebutkan bahwa perusahaan juga akan mencoba untuk menggunakan batu bara dengan kalori lebih rendah hingga 5.700 kcal sehingga akan lebih mengurangi cash cost di tahun ini.
Tahun lalu, beban pokok perusahaan tercatat mencapai USU$ 622,78 juta. Dari nilai tersebut, sebesar US$ 174,17 juta merupakan biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar minyak dan batu bara.
Dari target lima kiln yang akan dioperasikan oleh perusahaan, tahun ini perusahaan akan mengoperasikan kiln kedua dan menerapkan hal yang untuk terus menerapkan efisiensi yang berkelanjutan.
(hps) Next Article Cari Dana untuk Capex, PGN akan Terbitkan Global Bond
Most Popular