Ada Sentimen Perang Dagang, IHSG Berhasil Menguat 0,6%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 April 2018 13:08
Pendorong penguatan IHSG adalah sektor barang konsumsi yang naik 1,53%.
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - IHSG berhasil menguat 0,6% ke 6.226 pada sesi I perdagangan hari ini. Penguatan IHSG selaras dengan bursa saham utama di kawasan regional yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,4%, indeks Shanghai naik 0,29%, indeks Hang Seng naik 0,24%, dan indeks Strait Times naik 0,08%.

Secara sektoral, penguatan IHSG banyak didorong oleh sektor barang konsumsi yang naik hingga 1,53%, tertinggi kedua dari 10 sektor saham yang ada. Investor nampak memburu saham-saham sektor barang konsumsi pasca rilis data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.

Sepanjang Maret, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,2% MoM, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,12% MoM. Sementara itu, inflasi secara year-over-year (YoY) berada di level 3,4%, juga di atas konsensus yang sebesar 3,32%.

Tekanan inflasi pada bulan lalu datang dari pos bahan makanan dan makanan jadi yang masing-masing memiliki andil sebesar 0,05% dan 0,04% (terhadap inflasi secara MoM). Hal tersebut lantas diartikan sebagai sebuah sinyal bangkitnya daya beli masyarakat Indonesia.

Saham-saham sektor barang konsumsi yang mencatatkan kenaikan harga diantaranya: PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk/HMSP (+3,52%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+1,67%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+0,6%), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+0,35).

Tak hanya investor domestik, investor asing pun ikut memburu saham-saham sektor barang konsumsi: HMSP dikoleksi sebesar Rp 860,56 juta, KLBF dikoleksi sebesar Rp 7,27 miliar, ICBP dikoleksi sebesar Rp 225,46 juta, dan INDF dikoleksi sebesar Rp 518,74 juta.

Kenaikan Harga Minyak Membawa Berkah

Selain itu, harga minyak yang kembali merangkak naik membawa berkah bagi saham-saham sektor pertambangan (indeks saham sektor pertambangan menguat 0,9%). Sampai dengan akhir sesi 1, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat sebesar 0,35% ke level US$ 65,17/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 0,49% menjadi US$ 69,68/barel.

Berbagai hal menjadi faktor menguatnya harga minyak mentah dunia. Pertama, tingkat kepatuhan yang tinggi dari negara-negara penghasil minyak dunia (baik OPEC maupun non-OPEC) dalam mematuhi kesepakatan pemangkasan produksi yang rencananya berlangsung sampai dengan akhir tahun ini.

Kemudian, beredar optimisme di kalangan pelaku pasar bahwa Amerika Serikat (AS) dapat kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Iran yang sempat dicabut pada era kepemimpinan Presiden Barack Obama. Jika sanksi tersebut diberlakukan kembali, ekspor minyak Iran akan kembali terhenti dan mengurangi suplai di pasaran.

Kemudian, aktivitas pengeboran minyak di AS juga menunjukkan penurunan. Hal ini terlihat dari jumlah alat bor (rig) yang turun sebanyak 7 unit pada minggu yang berakhir pada 29 Maret 2018. Ini merupakan penurunan pertama dalam 3 minggu.

Saham-saham sektor pertambangan yang membukukan penguatan di antaranya: PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 2,07%, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 1,57%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 4,08%, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 2,87%.
(roy/roy) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular