Rupiah Stagnan Lawan Dolar AS di Perdagangan Siang Hari Ini

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
29 March 2018 12:35
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga siang ini bergerak cenderung stagnan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga siang ini bergerak cenderung stagnan. Minimnya sentimen penggerak membuat pasar uang kurang semarak.


Mengutip dari Reuters, pada Kamis (29/3/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.760/US$. Sama dengan posisi penutupan hari sebelumnya.

Pada awal perdagangan pagi tadi, rupiah sempat melemah karena adanya momentum penguatan dolar AS karena beberapa faktor seperti intensitas perang dagang yang meningkat, permintaan valas yang naik menjelang akhir kuartal I serta rilis data terbaru ekonomi AS.

Dolar AS mencapai level tertingginya di posisi Rp 13.762/US$ dan menyentuh level terendahnya di Rp 13.744/US$.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, penguatan dolar AS tertahan sehingga memberi kesempatan rupiah untuk menguat. Hal serupa juga terjadi dengan mata uang regional, yang juga mendatar terhadap dolar AS.

Hari ini, sentimen penggerak pasar uang memang tidak banyak. Awalnya sempat ada potensi dolar AS menguat, seiring rilis data ekonomi teranyar.

Pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2017 (pembacaan terakhir) tercatat sebesar 2,9% year on year (YoY), naik dari pembacaan sebelumnya yaitu 2,5% YoY.

Pencapaian tersebut melampaui konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 2,7% YoY. 

Secara tahunan, AS membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3% YoY pada 2017. Lebih cepat dari capaian 2016 sebesar 1,5% YoY. 





Pertumbuhan ekonomi AS disokong oleh pertumbuhan konsumsi (berkontribusi lebih 2/3 dari ekonomi AS) yang direvisi menjadi 4% YoY, dari pembacaan sebelumnya sebesar 3,8% YoY. Capaian tersebut merupakan laju tercepat sejak tahun 2014.

Data ini seakan memberi alarm bahwa The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan dengan lebih agresif.

Artinya, kartu kenaikan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018 kembali muncul di atas meja.

Namun sinyal pengetatan moneter ekstra ini masih samar-samar sehingga pelaku pasar belum terlalu memperhatikannya. Bila sinyal itu makin kuat, maka akan menjadi suntikan energi yang besar bagi dolar AS.


(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular