
KRAS Masih Membukukan Rugi Bersih Rp 1,13 T
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
28 March 2018 15:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja PT Krakatau Stell Tbk (KRAS), produsen baja terbesar nasional, berangsur membaik. Meskipun kinerja perseroan masih tercatat merugi, tetapi nilai yang dibukukan tahun lalu mulai turun.
Pada 2017 perseroan tercatat membukukan rugi bersih US$ 81,74 juta atau setara Rp 1,13 triliun, dibandingkan 2016 sebesar US$ 171,69 juta atau setara Rp 2,36 triliun.
Direktur Utama KRAS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, menjelaskan penuruna kerugian perusahaan dipicu kenaikan harga jual rata-rata produk baja. Perseroan mampu meningkatkan pendapatan usaha menjadi setara Rp 19,39 triliun dari Rp 17,89 triliun di tahun 2016.
Pertumbuhan KRAS juga terjadi pada total aset perseroan, di tahun 2017 total aset perusahaan meningkat menjadi Rp 55,74 triliun atau naik 5,39% dari total aset tahun 2016 sebesar Rp52,89 triliun.
Menurut Mas Wigrantoro, KRAS telah menetapkan sejumlah langkah strategis untuk menghadapi tahun 2018. Antara lain, yakni dengan meningkatkan efisiensi biaya operasi, meningkatkan volume penjualan melalui perjanjian pasokan jangka panjang atau long term supply/agreement (LTSA) dengan pelanggan-pelanggan potensial serta sinergi dengan BUMN.
Perseroan juga akan menjaga kehandalan fasilitas produksi, melakukan penyelesaian proyek-proyek strategis tepat waktu, menjaga likuiditas perusahaan untuk ketersediaan modal kerja dan menurunkan beban keuangan perseroan.
"Kami targetkan peningkatan penjualan (Tahun 2018) sampai 40%. Kami akan terus melanjutkan sinergi BUMN dan memacu kinerja anak perusahaan. Kami semakin optimis kinerja perseroan semakin lebih baik lagi dan siap menghadapi segala tantangan di tahun 2018," kata dia melalui siaran pers, Rabu (28/03/2018).
Di sisi lain, manajemen KRAS juga terus mengupayakan dukungan Pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melindungi produk baja domestik dari membanjirnya produk impor dan praktik unfair trade. Sampai saat ini, pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang mendukung industri baja nasional.
(hps) Next Article Ciamik! Bertahun-tahun Rugi, 2020 KRAS Cetak Laba Rp 339 M
Pada 2017 perseroan tercatat membukukan rugi bersih US$ 81,74 juta atau setara Rp 1,13 triliun, dibandingkan 2016 sebesar US$ 171,69 juta atau setara Rp 2,36 triliun.
Direktur Utama KRAS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, menjelaskan penuruna kerugian perusahaan dipicu kenaikan harga jual rata-rata produk baja. Perseroan mampu meningkatkan pendapatan usaha menjadi setara Rp 19,39 triliun dari Rp 17,89 triliun di tahun 2016.
Menurut Mas Wigrantoro, KRAS telah menetapkan sejumlah langkah strategis untuk menghadapi tahun 2018. Antara lain, yakni dengan meningkatkan efisiensi biaya operasi, meningkatkan volume penjualan melalui perjanjian pasokan jangka panjang atau long term supply/agreement (LTSA) dengan pelanggan-pelanggan potensial serta sinergi dengan BUMN.
Perseroan juga akan menjaga kehandalan fasilitas produksi, melakukan penyelesaian proyek-proyek strategis tepat waktu, menjaga likuiditas perusahaan untuk ketersediaan modal kerja dan menurunkan beban keuangan perseroan.
"Kami targetkan peningkatan penjualan (Tahun 2018) sampai 40%. Kami akan terus melanjutkan sinergi BUMN dan memacu kinerja anak perusahaan. Kami semakin optimis kinerja perseroan semakin lebih baik lagi dan siap menghadapi segala tantangan di tahun 2018," kata dia melalui siaran pers, Rabu (28/03/2018).
Di sisi lain, manajemen KRAS juga terus mengupayakan dukungan Pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melindungi produk baja domestik dari membanjirnya produk impor dan praktik unfair trade. Sampai saat ini, pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang mendukung industri baja nasional.
(hps) Next Article Ciamik! Bertahun-tahun Rugi, 2020 KRAS Cetak Laba Rp 339 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular