
Benarkah Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Won dan Lira?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 March 2018 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini berbalik menguat setelah dibuka terkoreksi. Oleh karena itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) memuji kinerja rupiah yang lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara sekelompok/peers.
Pada Rabu (28/3/2018), US$ 1 di pasar spot pada pukul 11:20 WIB dihargai Rp 13.735. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Rupiah bergerak menguat setelah dibuka sedikit melemah. Saat pembukaan pasar, rupiah masih terkoreksi 0,04%.
Dengan perkembangan ini, Agus menyebut performa rupiah lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara peers. Dia mencontohkan won Korea Selatan dan lira Turki.
Namun mengacu data Reuters, saat ini penguatan won lebih baik ketimbang rupiah. Mata uang Negeri Ginseng menguat sampai 0,8% terhadap greenback.
Lira pun hari ini memiliki performa lebih baik ketimbang rupiah. Mata uang ini mampu teradpresiasi 0,06% terhadap dolar AS.
Sementara sejak awal tahun, rupiah melemah 1,3% terhadap dolar AS. Bagaimana dengan won dan lira?
Secara year to date (YtD), won juga melemah terhadap dolar AS. Namun penguatannya lebih tipis yaitu 0,8%.
Sedangkan lira, Agus ada benarnya. Mata uang Negeri Kebab melemah sampai 4,4% terhadap dolar AS sejak awal tahun ini.
Menjaga nilai tukar rupiah menjadi tugas Gubenur BI selanjutnya. Saat ini Komisi XI DPR tengah menggelar uji kepatutan dan kelayakan terhadap Perry Warjiyo yang diusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pengganti Agus.
Dalam paparannya, Perry menegaskan bahwa salah satu isu dalam perekonomian Indonesia adalah ekspor yang terlalu mengandalkan komoditas. Menurut kami, hal tersebut memang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah sulit bergerak stabil.
Ekspor yang terlalu mengandakan komoditas sangat tergantung harga. Ketika harga komoditas naik maka ekspor akan naik dan devisa negara bertambah. Namun ketika turun yang terjadi sebaliknya.
Oleh karena itu, Indonesia harus mengembangkan industri manufaktur agar ekspor bisa lebih berdaya saing. Ekspor yang yang didominasi produk manufaktur tidak akan tergantung harga komoditas, sehingga penerimaan devisa lebih kuat dan stabil.
Penerimaan devisa yang kuat dan stabil adalah kunci dari penguatan nilai tukar. Tanpa ini, maka masuknya devisa hanya akan mengandalkan pasokan dari pasar keuangan yang mudah keluar-masuk. Akibatnya, nilai tukar cenderung bergerak liar tergantung arus modal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Rabu (28/3/2018), US$ 1 di pasar spot pada pukul 11:20 WIB dihargai Rp 13.735. Rupiah menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Rupiah bergerak menguat setelah dibuka sedikit melemah. Saat pembukaan pasar, rupiah masih terkoreksi 0,04%.
![]() |
Namun mengacu data Reuters, saat ini penguatan won lebih baik ketimbang rupiah. Mata uang Negeri Ginseng menguat sampai 0,8% terhadap greenback.
Lira pun hari ini memiliki performa lebih baik ketimbang rupiah. Mata uang ini mampu teradpresiasi 0,06% terhadap dolar AS.
![]() |
Secara year to date (YtD), won juga melemah terhadap dolar AS. Namun penguatannya lebih tipis yaitu 0,8%.
Sedangkan lira, Agus ada benarnya. Mata uang Negeri Kebab melemah sampai 4,4% terhadap dolar AS sejak awal tahun ini.
![]() |
Dalam paparannya, Perry menegaskan bahwa salah satu isu dalam perekonomian Indonesia adalah ekspor yang terlalu mengandalkan komoditas. Menurut kami, hal tersebut memang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah sulit bergerak stabil.
Ekspor yang terlalu mengandakan komoditas sangat tergantung harga. Ketika harga komoditas naik maka ekspor akan naik dan devisa negara bertambah. Namun ketika turun yang terjadi sebaliknya.
Oleh karena itu, Indonesia harus mengembangkan industri manufaktur agar ekspor bisa lebih berdaya saing. Ekspor yang yang didominasi produk manufaktur tidak akan tergantung harga komoditas, sehingga penerimaan devisa lebih kuat dan stabil.
Penerimaan devisa yang kuat dan stabil adalah kunci dari penguatan nilai tukar. Tanpa ini, maka masuknya devisa hanya akan mengandalkan pasokan dari pasar keuangan yang mudah keluar-masuk. Akibatnya, nilai tukar cenderung bergerak liar tergantung arus modal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular