
Kurs JISDOR : Dolar AS Melemah ke Rp 13.708/US$
Herdaru Purnomo & Alfado Agustio, CNBC Indonesia
27 March 2018 10:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat dalam perdagangan antar bank. Dolar AS melemah tipis 68 poin dari perdagangan hari sebelumnya.
Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, Selasa (27/3/2018) dolar AS tercatat di Rp 13.708/US$. Pada Senin (26/3/2018) dolar AS tercatat berada di level Rp 13.776/US$.
Sementara di pasar spot, mengutip Reuters, dolar AS pada pukul 10:00 WIB diperdagangkan di Rp 13.710/US$. Posisi terlemah rupiah berada di 13.695/US$, sementara posisi terkuat berada di 13.715/US$.
JISDOR adalah kurs referensi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia.
Mengutip Reuters, rupiah pada hari ini berpotensi menguat hingga posisi Rp 13.725/US$. Bahkan dalam analisis Ichimoku cloud, rupiah berpotensi menguat hingga mencapai posisi Rp 13.500/US$
Pelemahan greenback didorong oleh sikap investor yang mulai bermain dengan aset berisiko. Akibatnya instrumen yang dinilai aman (safe haven) seperti dolar AS, yen Jepang, sampai emas mulai terkoreksi.
Risk appetite investor mulai kembali seiring meredanya ketegangan perang dagang antara AS dan China setelah kedua negara sepakat untuk melakukan negosiasi.
AS dan China yang membuka dialog membuat pasar bisa tenang, karena setidaknya satu hal yang membuat ketakutan besar bisa diselesaikan. Investor bisa melanjutkan aktivitas perdagangan tanpa rasa cemas.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengesahkan aturan pengenaan bea masuk bagi lebih dari 1.000 produk China senilai US$ 60 miliar. China pun membalas dengan mengenakan bea masuk terhadap 128 produk Negeri Paman Sam, jumlah yang kemungkinan bisa bertambah.
Aksi saling balas tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap perang dagang, dan karena pelakunya adalah dua negara terbesar di dunia maka perang dagang akan berskala global. Namun investor bisa bernafas lega, karena kedua pihak membuka diri untuk berdialog.
Li Keqiang, Perdana Menteri China, menyatakan perang dagang bisa dihindari jika seluruh pihak berkomitmen untuk memajukan perdagangan bebas. Li juga menegaskan China akan menjadi negara yang lebih terbuka.
"Saya berharap China dan AS bertindak rasional dan tidak terbawa emosi, sehingga kita bisa menghindari perang dagang. Perekonomian China terintegrasi terhadap ekonomi dunia, sehingga menutup akses China berarti menghambat pembangunan kami. Tujuan China adalah memastikan dunia usaha, baik domestik maupun asing, untuk berkompetisi dengan sehat.
"China dan AS harus menerapkan sikap yang rasional, memperluas perdagangan. Kita harus bernegosiasi untuk menyelesaikan friksi dan perbedaan," papar Li, seperti diberitakan Reuters.
Menurut sumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi ini, China menawarkan untuk mengimpor lebih banyak perangkat semikonduktor dari AS, mengurangi pembelian dari beberapa negara seperti Korsel dan Taiwan.
Selain itu, China juga tengah menyusun aturan yang memperbolehkan investor asing memiliki saham mayoritas di perusahaan sekuritas. Aturan ini rencananya akan difinalkan pada Mei..
Meredanya ketegangan perang dagang, juga ikut mendorong penguatan beberapa mata uang kawasan asia. Berikut beberapa pergerakan mata uang di kawasan Asia, seperti dikutip dari Reuters :
(dru) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, Selasa (27/3/2018) dolar AS tercatat di Rp 13.708/US$. Pada Senin (26/3/2018) dolar AS tercatat berada di level Rp 13.776/US$.
Sementara di pasar spot, mengutip Reuters, dolar AS pada pukul 10:00 WIB diperdagangkan di Rp 13.710/US$. Posisi terlemah rupiah berada di 13.695/US$, sementara posisi terkuat berada di 13.715/US$.
Mengutip Reuters, rupiah pada hari ini berpotensi menguat hingga posisi Rp 13.725/US$. Bahkan dalam analisis Ichimoku cloud, rupiah berpotensi menguat hingga mencapai posisi Rp 13.500/US$
Pelemahan greenback didorong oleh sikap investor yang mulai bermain dengan aset berisiko. Akibatnya instrumen yang dinilai aman (safe haven) seperti dolar AS, yen Jepang, sampai emas mulai terkoreksi.
Risk appetite investor mulai kembali seiring meredanya ketegangan perang dagang antara AS dan China setelah kedua negara sepakat untuk melakukan negosiasi.
AS dan China yang membuka dialog membuat pasar bisa tenang, karena setidaknya satu hal yang membuat ketakutan besar bisa diselesaikan. Investor bisa melanjutkan aktivitas perdagangan tanpa rasa cemas.
Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengesahkan aturan pengenaan bea masuk bagi lebih dari 1.000 produk China senilai US$ 60 miliar. China pun membalas dengan mengenakan bea masuk terhadap 128 produk Negeri Paman Sam, jumlah yang kemungkinan bisa bertambah.
Aksi saling balas tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap perang dagang, dan karena pelakunya adalah dua negara terbesar di dunia maka perang dagang akan berskala global. Namun investor bisa bernafas lega, karena kedua pihak membuka diri untuk berdialog.
Li Keqiang, Perdana Menteri China, menyatakan perang dagang bisa dihindari jika seluruh pihak berkomitmen untuk memajukan perdagangan bebas. Li juga menegaskan China akan menjadi negara yang lebih terbuka.
"Saya berharap China dan AS bertindak rasional dan tidak terbawa emosi, sehingga kita bisa menghindari perang dagang. Perekonomian China terintegrasi terhadap ekonomi dunia, sehingga menutup akses China berarti menghambat pembangunan kami. Tujuan China adalah memastikan dunia usaha, baik domestik maupun asing, untuk berkompetisi dengan sehat.
"China dan AS harus menerapkan sikap yang rasional, memperluas perdagangan. Kita harus bernegosiasi untuk menyelesaikan friksi dan perbedaan," papar Li, seperti diberitakan Reuters.
Menurut sumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi ini, China menawarkan untuk mengimpor lebih banyak perangkat semikonduktor dari AS, mengurangi pembelian dari beberapa negara seperti Korsel dan Taiwan.
Selain itu, China juga tengah menyusun aturan yang memperbolehkan investor asing memiliki saham mayoritas di perusahaan sekuritas. Aturan ini rencananya akan difinalkan pada Mei..
Meredanya ketegangan perang dagang, juga ikut mendorong penguatan beberapa mata uang kawasan asia. Berikut beberapa pergerakan mata uang di kawasan Asia, seperti dikutip dari Reuters :
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 105,64 | -0,21 |
Won Korsel | 1.071,40 | +0,30 |
Dolar Taiwan | 29,04 | +0,11 |
Rupee India | 64,82 | +0,25 |
Dolar Singapura | 1,30 | +0,13 |
Ringgit Malaysia | 3,87 | +0,49 |
Baht Thailand | 31,24 | -0,06 |
Peso Filipina | 52,19 | -0,12 |
(dru) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular