
Koreksi IHSG Menipis, Ketegangan Mulai Reda
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 March 2018 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berangsur-angsur mulai susut. Setengah jam sebelum perdagangan saham di bursa domestik tutup, IHSG hanya terkoreksi 0,23% dibandingkan penutupan sesi I yang sempat terkoreksi 0,5%.
Koreksi IHSG yang mulai menyusut tersebut dipicu akumulasi beli saham hampir pada semua. Dari 10 sektor saham yang merupakan komponen dari IHSG, hanya sektor perdagangan, jasa, dan investasi yang kini diperdagangkan lebih rendah dari posisi akhir sesi I.
Sektor jasa keuangan yang merupakan sektor dengan bobot terbesar dalam kapitalisasi pasar IHSG kini hanya terkoreksi sebesar 0,41%, setelah sempat terperosok hingga 1,3% pada sesi I. Sementara itu, sektor barang konsumsi yang memiliki bobot kedua terbesar dalam kapitalisasi pasar IHSG hanya terkoreksi sebesar 0,2%, setelah sempat anjlok hingga 0,86% pada sesi sebelumnya.
Bahkan, beberapa sektor kini sudah berbalik menguat. Sektor-sektor yang dimaksud adalah sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan (+0,01%), sektor agrikultur (+1%), serta sektor industri dasar dan kimia (+0,2%). Kemudian, ada juga sektor pertambangan yang memperbesar penguatannya jika dibandingkan dengan akhir sesi 1. Kini, sektor pertambangan menguat hingga 1,4%, lebih baik dibandingkan penguatan pada akhir sesi 1 yang sebesar 0,9%.
Penguatan saham-saham sektor pertambangan salah satunya dipicu oleh kenaikan harga saham emiten-emiten pertambangan minyak yang baru memprice-in rally harga minyak pada hari Jumat lalu (23/3/2018).
Kala itu, sentimen negatif yang datang dari hasil pertemuan the Fed serta kembali memanasnya potensi perang dagang AS-China membuat IHSG sempat anjlok hingga 2,7% sebelum akhirnya ditutup melemah 0,69%.
Sentimen negatif eksternal memaksa harga saham emiten minyak terkoreksi, walaupun sebenarnya harga minyak naik (WTI +2,46%, brent +2,23%). Kini, ketika tekanan jual terhadap bursa saham regional mereda, barulah kenaikan harga minyak pada hari Jumat lalu di price-in oleh pelaku pasar.
Sebelumnya, tim riset CNBC Indonesia memang berpandangan bahwa tekanan jual pada bursa saham regional, termasuk Indonesia, telah mereda. Selain koreksi yang sudah tidak terlalu dalam, terlihat bahwa instrumen-instrumen safe haven tak lagi menguat seperti sebelumnya: Yen terkoreksi 0,35% terhadap dolar AS, Swiss Franc relatif flat terhadap dolar AS, dan harga emas terkoreksi 0,3% ke level US$ 1.345,9/troy ounce.
Hal ini lantas menjadi pertanda bahwa dalam waktu dekat, investor akan mulai kembali melirik aset-aset beresiko. Pemulihan berangsur IHSG menjadi bukti hal tersebut.
Lebih lanjut, beberapa bursa saham utama di kawasan regional bahkan sudah berbalik menghijau: indeks Nikkei naik 0,72%, indeks Hang Seng naik 0,65, dan indeks Strait Times naik 0,14%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Koreksi IHSG yang mulai menyusut tersebut dipicu akumulasi beli saham hampir pada semua. Dari 10 sektor saham yang merupakan komponen dari IHSG, hanya sektor perdagangan, jasa, dan investasi yang kini diperdagangkan lebih rendah dari posisi akhir sesi I.
Sektor jasa keuangan yang merupakan sektor dengan bobot terbesar dalam kapitalisasi pasar IHSG kini hanya terkoreksi sebesar 0,41%, setelah sempat terperosok hingga 1,3% pada sesi I. Sementara itu, sektor barang konsumsi yang memiliki bobot kedua terbesar dalam kapitalisasi pasar IHSG hanya terkoreksi sebesar 0,2%, setelah sempat anjlok hingga 0,86% pada sesi sebelumnya.
Penguatan saham-saham sektor pertambangan salah satunya dipicu oleh kenaikan harga saham emiten-emiten pertambangan minyak yang baru memprice-in rally harga minyak pada hari Jumat lalu (23/3/2018).
Kala itu, sentimen negatif yang datang dari hasil pertemuan the Fed serta kembali memanasnya potensi perang dagang AS-China membuat IHSG sempat anjlok hingga 2,7% sebelum akhirnya ditutup melemah 0,69%.
Sentimen negatif eksternal memaksa harga saham emiten minyak terkoreksi, walaupun sebenarnya harga minyak naik (WTI +2,46%, brent +2,23%). Kini, ketika tekanan jual terhadap bursa saham regional mereda, barulah kenaikan harga minyak pada hari Jumat lalu di price-in oleh pelaku pasar.
Sebelumnya, tim riset CNBC Indonesia memang berpandangan bahwa tekanan jual pada bursa saham regional, termasuk Indonesia, telah mereda. Selain koreksi yang sudah tidak terlalu dalam, terlihat bahwa instrumen-instrumen safe haven tak lagi menguat seperti sebelumnya: Yen terkoreksi 0,35% terhadap dolar AS, Swiss Franc relatif flat terhadap dolar AS, dan harga emas terkoreksi 0,3% ke level US$ 1.345,9/troy ounce.
Hal ini lantas menjadi pertanda bahwa dalam waktu dekat, investor akan mulai kembali melirik aset-aset beresiko. Pemulihan berangsur IHSG menjadi bukti hal tersebut.
Lebih lanjut, beberapa bursa saham utama di kawasan regional bahkan sudah berbalik menghijau: indeks Nikkei naik 0,72%, indeks Hang Seng naik 0,65, dan indeks Strait Times naik 0,14%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular