
Investor Asing Mulai Masuk, Saham TLKM Naik 2,16%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 March 2018 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada perdagangan hari ini menguat 2,16% dan menjadikannya saham dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Investor asing mulai melakukan akumulasi beli pada saham operator telekomunikasi terbesar ini.
Salah satu sentimen positif yang menjadi penggerak pasar saham domestik hari ini, yaitu keputusan The Federal Reserve memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali saja pada tahun ini. Ini memberikan telah memberi suntikan tenaga bagi investor untuk memburu saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo seperti TLKM.
Aksi beli tak hanya dilakukan investor domestik, namun juga investor asing dengan nilai beli bersih sebesar Rp 29,85 miliar. Padahal, kemarin investor asing masih melepas saham TLKM senilai Rp 80,03 miliar.
Sepanjang tahun ini, saham TLKM memang memberikan imbal hasil yang terendah jika dibandingkan dengan kompetitornya, yaitu PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT). Sampai dengan akhir penutupan perdagangan kemarin (21/3/2018), saham TLKM telah anjlok hingga 16,44% secara year-to-date (YTD), lebih dalam dari EXCL yang sebesar 12,84%.
Bahkan, harga saham ISAT masih bisa naik sebesar 3,13% pada periode yang sama. Akibatnya, ruang akumulasi saham TLKM menjadi terbuka lebar.
Sebagai catatan, penurunan harga saham TLKM sejak awal tahun didorong oleh rilis laporan yang kurang menggembirakan. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016. Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.
Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.
Kemudian, kebijakan registrasi kartu prabayar ditenggarai merupakan faktor yang ikut menekan harga saham TLKM. Tim riset CNBC Indonesia sebelumnya telah melakukan kajian mengenai kebijakan ini. Hasilnya, justru TLKM relatif lebih baik dalam menghadapi kebijakan tersebut, berdasarkan dua faktor utama.
Pertama, porsi pelanggan prabayar TLKM hanya sebesar 97,6% dari total pelanggannya, lebih rendah dibandingkan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang masing-masing sebesar 98,7% dan 98,8%.
TLKM pun lantas berada dalam posisi yang relatif lebih baik terhadap EXCL dan ISAT dalam menghadapi kebijakan registrasi kartu prabayar. Pasalnya, EXCL dan ISAT cenderung lebih mengandalkan pelanggan prabayar dalam kegiatan operasionalnya.
Kedua, porsi penjualan data (internet) TLKM relatif kecil jika dibandingkan total pendapatan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, total pendapatan internet dan data selular dari TLKM adalah sebesar Rp 38 triliun atau hanya setara dengan 29,6% dari total pendapatan perusahaan yang sebesar Rp 128,3 triliun.
Perlu diingat bahwa pendapatan internet dan data selular tersebut memasukkan pendapatan dari penjualan layanan internet melalui IndiHome yang diperuntukkan untuk perumahan. Jika pendapatan dari IndiHome dikeluarkan, tentu porsinya akan semakin menciut.
Sementara untuk EXCL dan ISAT, masing-masing nilainya adalah sebesar 70% dan 46,5%. Adanya kebijakan registrasi kartu prabayar berpotensi membuat pelanggan yang suka bergonta-ganti kartu guna menikmati layanan internet murah menghentikan kegiatannya. Jika itu yang terjadi, dampaknya ke bottom line EXCL dan ISAT akan relatif lebih besar ketimbang TLKM, mengingat pendapatan mereka banyak ditopang oleh penjualan data.
Paling murah
Saat ini, valuasi saham TLKM relatif lebih murah jika dibandingkan dengan EXCL dan ISAT. Per akhir sesi 1, saham TLKM diperdagangkan pada price-earnings ratio (PER) sebesar 17,23x, sementara untuk EXCL dan ISAT nilainya masing-masing adalah sebesar 73,14x dan 18,58x.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Bos Telkom Angkat Bicara Soal Saham yang Dilepas Asing
Salah satu sentimen positif yang menjadi penggerak pasar saham domestik hari ini, yaitu keputusan The Federal Reserve memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali saja pada tahun ini. Ini memberikan telah memberi suntikan tenaga bagi investor untuk memburu saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo seperti TLKM.
Aksi beli tak hanya dilakukan investor domestik, namun juga investor asing dengan nilai beli bersih sebesar Rp 29,85 miliar. Padahal, kemarin investor asing masih melepas saham TLKM senilai Rp 80,03 miliar.
Bahkan, harga saham ISAT masih bisa naik sebesar 3,13% pada periode yang sama. Akibatnya, ruang akumulasi saham TLKM menjadi terbuka lebar.
Sebagai catatan, penurunan harga saham TLKM sejak awal tahun didorong oleh rilis laporan yang kurang menggembirakan. Sepanjang 2017, laba bersih perusahaan diketahui tumbuh sebesar 14,4% menjadi Rp 22,15 triliun, dari Rp 19,35 triliun pada tahun 2016. Pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 10,25% menjadi Rp 128,26 triliun, dari yang sebelumnya Rp 116,33 triliun pada akhir 2016.
Namun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun lalu melandai dari capaian tahun 2016. Kala itu, pendapatan tumbuh sebesar 13,5%, sementara laba bersih meroket hingga 24,9%.
Kemudian, kebijakan registrasi kartu prabayar ditenggarai merupakan faktor yang ikut menekan harga saham TLKM. Tim riset CNBC Indonesia sebelumnya telah melakukan kajian mengenai kebijakan ini. Hasilnya, justru TLKM relatif lebih baik dalam menghadapi kebijakan tersebut, berdasarkan dua faktor utama.
Pertama, porsi pelanggan prabayar TLKM hanya sebesar 97,6% dari total pelanggannya, lebih rendah dibandingkan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang masing-masing sebesar 98,7% dan 98,8%.
TLKM pun lantas berada dalam posisi yang relatif lebih baik terhadap EXCL dan ISAT dalam menghadapi kebijakan registrasi kartu prabayar. Pasalnya, EXCL dan ISAT cenderung lebih mengandalkan pelanggan prabayar dalam kegiatan operasionalnya.
Kedua, porsi penjualan data (internet) TLKM relatif kecil jika dibandingkan total pendapatan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, total pendapatan internet dan data selular dari TLKM adalah sebesar Rp 38 triliun atau hanya setara dengan 29,6% dari total pendapatan perusahaan yang sebesar Rp 128,3 triliun.
Perlu diingat bahwa pendapatan internet dan data selular tersebut memasukkan pendapatan dari penjualan layanan internet melalui IndiHome yang diperuntukkan untuk perumahan. Jika pendapatan dari IndiHome dikeluarkan, tentu porsinya akan semakin menciut.
Sementara untuk EXCL dan ISAT, masing-masing nilainya adalah sebesar 70% dan 46,5%. Adanya kebijakan registrasi kartu prabayar berpotensi membuat pelanggan yang suka bergonta-ganti kartu guna menikmati layanan internet murah menghentikan kegiatannya. Jika itu yang terjadi, dampaknya ke bottom line EXCL dan ISAT akan relatif lebih besar ketimbang TLKM, mengingat pendapatan mereka banyak ditopang oleh penjualan data.
Paling murah
Saat ini, valuasi saham TLKM relatif lebih murah jika dibandingkan dengan EXCL dan ISAT. Per akhir sesi 1, saham TLKM diperdagangkan pada price-earnings ratio (PER) sebesar 17,23x, sementara untuk EXCL dan ISAT nilainya masing-masing adalah sebesar 73,14x dan 18,58x.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Bos Telkom Angkat Bicara Soal Saham yang Dilepas Asing
Most Popular