Saham-Saham Emiten Batu Bara Menguat, Investor Patut Waspada

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 March 2018 13:45
IHSG kembali diperdagangkan melemah pada hari ini (15/3/18).  Secara sektoral, hanya dua sektor yang berhasil menguat yaitu pertambangan dan properti
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia- IHSG kembali diperdagangkan melemah pada hari ini (15/3/18). Sampai dengan akhir sesi 1, IHSG terkoreksi sebesar 0,52% ke level 6.349,19. Secara sektoral, hanya dua sektor yang berhasil menguat yaitu pertambangan (+0,46%) serta properti, real estate, dan konstruksi bangunan (+0,13%).

Jika dilihat lebih dalam, penguatan sektor pertambangan didorong oleh kenaikan harga saham emiten batu bara: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 1,45%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 2,18%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 1,4%, dan PT Atlas Resources Tbk (ARII) naik 7,52%.

Sentimen positif bagi emiten-emiten batu bara datang dari hasil kajian lembaga pemeringkat Fitch Ratings bahwa kebijakan pemerintah Indonesia untuk membatasi harga batu bara tidak berdampak pada profil utang perusahaan tambang yang tercatat di lembaganya. Pasalnya, perusahaan-perusahaan tersebut mengutamakan produksi batu bara mereka untuk pasar luar negeri atau ekspor.

Menurut Fitch Ratings, perusahaan batu bara akan tetap merasakan harga pasar atas mayoritas produksinya. Alhasil, kinerja keuangan perusahaan mungkin akan tetap meningkat dan lebih tinggi dari prediksi Fitch karena sebelumnya proyeksi dilakukan dengan asumsi HBA sekitar US$ 72/ton pada tahun 2018 dan US$ 67/ton untuk tahun berikutnya.

Patut waspada

Namun, kenaikan harga saham emiten batu bara tersebut perlu diwaspadai. Pasalnya, saat ini lebih banyak sentimen negatif yang mewarnai sektor tersebut. Dari sisi harga, pada perdagangan kemarin harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan ini tercatat turun 0,3% ke level US$ 97,7/ton. Jika ditarik dari titik tertingginya tahun ini pada level US$ 109/ton yang disentuh akhir Januari silam, harga batu bara sudah terkoreksi sebesar 10,37%.

Memang, harga batu bara nampak sudah sulit untuk naik, mengingat China sebagai salah satu konsumen terbesar kini lebih konservatif dalam mematok target pertumbuhan ekonomi. Pada pertemuan parlemen tahunan yang digelar awal maret lalu, Perdana Menteri Li Keqiang dalam sambutannya menargetkan ekonomi China untuk tumbuh sekitar 6,5% pada tahun ini.

Walaupun target ini sama dengan yang dibuat pada tahun lalu, namun ada satu hal khusus mengapa target kali ini dapat dikatakan mengecewakan: pemerintah China dalam pernyataannya menghilangkan kemungkinan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi dari perkiraan. Padahal, hal ini termasuk dalam pernyataan mereka tahun lalu.

Jika pertumbuhan ekonomi China benar tercatat lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar 6,9%, maka permintaan mereka atas batu bara dipastikan akan turun dan menekan pergerakan harga di pasar internasional.

Kemudian, sepanjang tahun ini indeks saham sektor pertambangan telah baik signfikan, salah satunya dipicu oleh kenaikan harga saham emiten batu bara. Secara year-to-date (YTD) sampai dengan penutupan perdagangan kemarin (14/3/18), imbal hasil indeks saham sektor pertambangan telah mencapai 15,96%, tertinggi dibandingkan sembilan sektor lainnya. Akibatnya, aksi ambil untung menjadi rawan dilakukan kapan saja.
(gus/gus) Next Article 10 Saham Penopang IHSG Hingga 31 Mei 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular