Di Depan Jokowi, Ketua OJK Jelaskan Kenapa Kredit Bank Lemah

Arys Aditya, CNBC Indonesia
15 March 2018 12:43
Wimboh Santoso menyebut konsolidasi kredit macet sebagai alasan kenapa penyaluran kredit tahun lalu tidak mencapai target.
Foto: Daru/CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut konsolidasi kredit macet sebagai alasan kenapa penyaluran kredit tahun lalu tidak mencapai target.

Ketika melaporkan kepada Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan dengan Para Pimpinan Bank Umum di Indonesia, Kamis (15/3/2018), Wimboh mengatakan perbankan mengutamakan penghapusan non-performing loan (NPL) ketimbang penyaluran kredit.

"Setelah berhasil menurunkan NPL menjadi 2,5%, pada akhir 2017 kemarin, dari yang di atas 3%. ini indikasi yang bagus, menunjukkan perbankan indonesia kuat, yang modalnya bisa menutup kredit macet," ujarnya di Istana Negara.

Dari jenis bank, bank BUMN mengalami pertumbuhan 11,55%, bank asing 2,7%, bank umum swasta 5,8% dan BPD 9,09%.

"Jadi pertumbuhan kredit memang banyak didukung bank BUMN, kantor cabang bank asing lebih banyak cleaning NPL, BPD punya peluang lebih tinggi untuk tumbuh dan beberapa bank swasta konsolidasi," jelasnya.

Wimboh mengatakan pada akhir 2017, kondisi perbankan menunjukkan perbaikan signifikan yang direfleksikan oleh rasio kecukupan modal (CAR) 23,26% atau berada jauh di atas batas minimal 12%.

Lebih rinci, per segmen atau jenis bank, BPD sebesar 21,96%, bank swasta nasional 21,82%, dan bank BUMN 21,14%. "Jadi rata-rata permodalannya cukup kuat."

Dia juga menyatakan likuiditas perbankan mengalami over atau ada ekses likuiditas sebanyak Rp 266 triliun, yang bisa digunakan untuk mendukung percepatan penyaluran kredit tahun ini.

Untuk 2018, Wimboh sangat optimis penyaluran kredit bisa tumbuh 12% untuk menopang asumsi pertumbuhan PDB 5,4%. Apabila sisi permintaan merespons dengan baik, lanjutnya, bank bahkan bisa menambah kapasitas kredit.



"Dengan demand dan likuiditas tadi, bisa tidak hanya 12%. Tapi 12% ini bisa dicapai dengan mudah oleh industri perbankan. Apalagi suku bunga deposito sudah turun 65 bps dan kredit turun 77 bps sepanjang tahun lalu," tuturnya.

Dia menambahkan, hal ini didukung oleh lingkungan suku bunga yang mulai melandai, mengiringi langkah Bank Indonesia yang telah menurunkan suku bunga acuan.

"Dan tren penurunan ini kita harap masih terus berlanjut untuk merespon penurunan BI rate yang kemarin terjadi beberapa kali."

Meski demikian, dia mengaku mencermati potensi kenaikan suku bunga the Fed yang akan terjadi tahun ini.

Dalam acara yang sama, Presiden Jokowi merespons laporan Wimboh tersebut. Jokowi menyesalkan bank yang kurang ekspansif di tahun 2018 ini. Bank cenderung main aman dan menyebabkan kucuran kredit terhambat.

"Risiko paling gawat kalau tidak berani mengambil risiko. Itu yang saya lihat di 2017. Tadi Pak Ketua OJK sampaikan pertumbuhan kredit 8,24%. Saya ingat waktu kita berkumpul di sini, saat itu target 9% sampai 12%. Kalau saya diberi angka itu, saya ambil 12%," kata Jokowi.
(dru) Next Article Bos OJK Sebut Kredit Bank Positif, Kredit Manufaktur Dominan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular