
Ancaman Perang Dagang AS vs China Buat Bursa Asia Melemah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 March 2018 08:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa utama Asia dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Sentimen perang dagang lagi-lagi membebani pasar saham Benua Kuning.
Pada Kamis (15/2/2018), bursa Jepang dibuka di teritori negatif. Indeks Nikkei 225 melemah 0,34%, sementara indeks yang lebih luas yaitu Topix turun 0,32%.
Bursa saham Negeri Matahari Terbit tertahan oleh laju emiten-emiten industri manufaktur. Misalnya saham NTN Corp (produsen suku cadang kendaraan bermotor) yang turun 4,93. Kemudian saham Okuma Corp (produsen mesin) yang terkoreksi 4,83%.
Sementara bursa saham Korea Selatan masih mampu mencatatkan kenaikan tipis 0,01% saat pembukaan, tetapi kemudian langsung meluncur ke zona merah. Seperti halnya di Jepang, indeks Kospi di Negeri Ginseng juga dibebani oleh pelemahan di saham-saham emiten manufaktur seperti Dongyang Steel Pipe Co Ltd (-8,13%) atau In the F Co Ltd (-5,2%).
Kemudian di Hong Kong, indeks Hang Seng juga dibuka melemah 0,8%. Begitu pula dengan Shanghai Composite dan CS300 yang dibuka dengan koreksi yang sama yaitu 0,4%.
Bursa regional terimbas sentimen negatif dari Wall Street, yang sebelumnya ditutup di jalur merah. Dow Jones Industrial Average turun 1%, S&P 500 melemah 0,57%, dan Nasdaq berkurang 0,19%.
Setelah isu bea masuk baja dan aluminium selesai, kini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar senilai US$ 60 miliar barang-barang impor dari China. Barang-barang yang akan dikenakan bea masuk tersebut adalah yang terkait dengan sektor teknologi, telekomunikasi, dan pakaian.
Langkah ini diambil guna 'menghukum' China atas pencuriaan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh korporasi asal AS. Tak sampai di situ, pemerintahan Trump juga dikabarkan berniat membatasi investasi oleh perusahaan-perusahaan asal China di AS.
Investor mulai mencemaskan potensi perang dagang antara Negeri Paman Sam vs Negeri Tirai Bambu. Pasar semakin cemas kala Larry Kudlow, calon Kepala Dewan Ekonomi Gedung Putih, menyatakan China pantas mendapat perlakuan keras dalam hal perdagangan. Calon pengganti Gary Cohn ini menilai China selama ini telah bermain curang.
"Sejak lama, China sudah tidak mematuhi aturan. Saya harus katakana, China harus mendapat respons keras," tegasnya dalam wawancara dengan CNBC.
(aji/aji) Next Article Fed Mau Mengumumkan Suku Bunga, Bursa Asia Galau
Pada Kamis (15/2/2018), bursa Jepang dibuka di teritori negatif. Indeks Nikkei 225 melemah 0,34%, sementara indeks yang lebih luas yaitu Topix turun 0,32%.
Bursa saham Negeri Matahari Terbit tertahan oleh laju emiten-emiten industri manufaktur. Misalnya saham NTN Corp (produsen suku cadang kendaraan bermotor) yang turun 4,93. Kemudian saham Okuma Corp (produsen mesin) yang terkoreksi 4,83%.
Kemudian di Hong Kong, indeks Hang Seng juga dibuka melemah 0,8%. Begitu pula dengan Shanghai Composite dan CS300 yang dibuka dengan koreksi yang sama yaitu 0,4%.
Bursa regional terimbas sentimen negatif dari Wall Street, yang sebelumnya ditutup di jalur merah. Dow Jones Industrial Average turun 1%, S&P 500 melemah 0,57%, dan Nasdaq berkurang 0,19%.
Setelah isu bea masuk baja dan aluminium selesai, kini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar senilai US$ 60 miliar barang-barang impor dari China. Barang-barang yang akan dikenakan bea masuk tersebut adalah yang terkait dengan sektor teknologi, telekomunikasi, dan pakaian.
Langkah ini diambil guna 'menghukum' China atas pencuriaan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh korporasi asal AS. Tak sampai di situ, pemerintahan Trump juga dikabarkan berniat membatasi investasi oleh perusahaan-perusahaan asal China di AS.
Investor mulai mencemaskan potensi perang dagang antara Negeri Paman Sam vs Negeri Tirai Bambu. Pasar semakin cemas kala Larry Kudlow, calon Kepala Dewan Ekonomi Gedung Putih, menyatakan China pantas mendapat perlakuan keras dalam hal perdagangan. Calon pengganti Gary Cohn ini menilai China selama ini telah bermain curang.
"Sejak lama, China sudah tidak mematuhi aturan. Saya harus katakana, China harus mendapat respons keras," tegasnya dalam wawancara dengan CNBC.
(aji/aji) Next Article Fed Mau Mengumumkan Suku Bunga, Bursa Asia Galau
Most Popular