
Kurangi Hot Money, BI tidak Akan Batasi Investor
gita rossiana, CNBC Indonesia
14 March 2018 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menilai, pihaknya tidak berkeinginan untuk membatasi investor berinvestasi di pasar keuangan Indonesia. BI lebih mengutamakan pendekatan pendalaman dan penambahan instrumen untuk mengurangi ketergantungan pasar Indonesia terhadap aliran dana jangka pendek (hot money).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menjelaskan, untuk bisa mengurangi ketergantungan terhadap hot money, maka negara Indonesia harus mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan luar negeri."Kalau bisa surplus, seperti negara di sekitar kita yang nilai tukarnya stabil seperti Malaysia, Thailand dan Korea,"ujar Doddy dalam acara Bincang-Bincang Media (BBM) di Gedung BI, Jakarta, Rabu (14/3/2018).
Kemudian, pihaknya juga akan membuat dana tersebut bertahan dengan membuat pasar menjadi likuid dan dalam. Artinya, investor memiliki opsi untuk mengganti instrumennya apabila terjadi pergerakan di pasar keuangan. Sedangkan saat ini, instrumen yang tersedia di pasar baru sebatas surat berharga negara (SBN) dan obligasi korporasi yang suplai dan minatnya tidak terlalu besar.
"Sekarang ini investasi yang ada di pasar keuangan Indonesia relative terbatas maksimal hanya dua, obligasi korporasi juga kurang suplai dan minat. Begitu ada ketidakyakinan mereka lari saja dari Indonesia,"jelas dia.
Dengan memperbanyak instrumen dan memperdalam keuangan ini, dia berharap investor bertahan lebih lama di Indonesia. Pendekatan semacam ini dinilai lebih berjangka panjang dan bukan bersifat pre-emptive." Tidak ada keinginan untuk pendekatan restriktif atau membatasi, kepercayaan investor untuk investasi tidak terganggu,"

(roy/roy) Next Article Rupiah Masih Terdiskon, Ini Lho Sebabnya
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menjelaskan, untuk bisa mengurangi ketergantungan terhadap hot money, maka negara Indonesia harus mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan luar negeri."Kalau bisa surplus, seperti negara di sekitar kita yang nilai tukarnya stabil seperti Malaysia, Thailand dan Korea,"ujar Doddy dalam acara Bincang-Bincang Media (BBM) di Gedung BI, Jakarta, Rabu (14/3/2018).
Kemudian, pihaknya juga akan membuat dana tersebut bertahan dengan membuat pasar menjadi likuid dan dalam. Artinya, investor memiliki opsi untuk mengganti instrumennya apabila terjadi pergerakan di pasar keuangan. Sedangkan saat ini, instrumen yang tersedia di pasar baru sebatas surat berharga negara (SBN) dan obligasi korporasi yang suplai dan minatnya tidak terlalu besar.
"Sekarang ini investasi yang ada di pasar keuangan Indonesia relative terbatas maksimal hanya dua, obligasi korporasi juga kurang suplai dan minat. Begitu ada ketidakyakinan mereka lari saja dari Indonesia,"jelas dia.
Dengan memperbanyak instrumen dan memperdalam keuangan ini, dia berharap investor bertahan lebih lama di Indonesia. Pendekatan semacam ini dinilai lebih berjangka panjang dan bukan bersifat pre-emptive." Tidak ada keinginan untuk pendekatan restriktif atau membatasi, kepercayaan investor untuk investasi tidak terganggu,"

(roy/roy) Next Article Rupiah Masih Terdiskon, Ini Lho Sebabnya
Most Popular