
Penjelasan BI Soal Dolar AS yang Mulai Dekati Rp 13.800
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
09 March 2018 13:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) membeberkan alasan kenapa nilai tukar rupiah melemah lagi terhadap dolar AS hingga mendekati level Rp 13.800/US$.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi menyebutkan ada beberapa faktor.
Pertama, menurut Doddy, adanya rapat Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) tadi malam yang mengindikasikan masih akan melanjutkan Quantitative Easing (QE) sehingga Euro melemah terhadap dolar AS.
"Kemudian, ekspektasi terhadap hasil rapat Bank of Japan (BOJ) hari ini juga diperkirakan masih akan melanjutkan QE sehingga menyebabkan Yen juga melemah terhadap dolar AS," kata Doddy kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/3/2018).
Lebih jauh, Doddy mengatakan, adanya ekspektasi terhadap rilis data Nonfarm Payroll atau data penyerapan tenaga kerja di AS nanti malam diperkirakan cukup tinggi. Selain itu, juga berlanjutnya perilaku wait and see pelaku pasar menjelang rapat Bank Sentral AS atau The Fed.
"Semuanya menyebabkan dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang, baik negara maju maupun emerging," kata Doddy.
Hal ini terjadi juga untuk nilai tukar rupiah. Rupiah melemah hingga nyaris menyentuh Rp 13.800/US$. Namun Doddy menegaskan BI akan terus mengendalikan rupiah sehingga tetap sesuai dengan fundamentalnya.
"Untuk mengendalikan dampaknya terhadap rupiah, BI terus jaga rupiah dengan konsisten. Tadi pagi hampir semua mata uang melemah. Dengan dukungan stabilisasi BI, rupiah juga termasuk yang stabil," kata Doddy.
Nilai tukar yang paling melemah menurut data yang ditunjukkan Doddy sesuai urutan dari yang terlemah yakni Yen (Jepang), ringgit (Malaysia), peso (Filipina), dolar (Taiwan), dolar (Singapura), yuan (China), won (Korea Selatan) dan rupiah. Rupiah tercatat melemah tipis sekali 0,02% menurut Doddy.
(dru) Next Article Kurs Jual Dolar AS di Bank Sudah Capai Rp 13.900/US$
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi menyebutkan ada beberapa faktor.
Pertama, menurut Doddy, adanya rapat Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) tadi malam yang mengindikasikan masih akan melanjutkan Quantitative Easing (QE) sehingga Euro melemah terhadap dolar AS.
Lebih jauh, Doddy mengatakan, adanya ekspektasi terhadap rilis data Nonfarm Payroll atau data penyerapan tenaga kerja di AS nanti malam diperkirakan cukup tinggi. Selain itu, juga berlanjutnya perilaku wait and see pelaku pasar menjelang rapat Bank Sentral AS atau The Fed.
"Semuanya menyebabkan dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang, baik negara maju maupun emerging," kata Doddy.
Hal ini terjadi juga untuk nilai tukar rupiah. Rupiah melemah hingga nyaris menyentuh Rp 13.800/US$. Namun Doddy menegaskan BI akan terus mengendalikan rupiah sehingga tetap sesuai dengan fundamentalnya.
"Untuk mengendalikan dampaknya terhadap rupiah, BI terus jaga rupiah dengan konsisten. Tadi pagi hampir semua mata uang melemah. Dengan dukungan stabilisasi BI, rupiah juga termasuk yang stabil," kata Doddy.
Nilai tukar yang paling melemah menurut data yang ditunjukkan Doddy sesuai urutan dari yang terlemah yakni Yen (Jepang), ringgit (Malaysia), peso (Filipina), dolar (Taiwan), dolar (Singapura), yuan (China), won (Korea Selatan) dan rupiah. Rupiah tercatat melemah tipis sekali 0,02% menurut Doddy.
(dru) Next Article Kurs Jual Dolar AS di Bank Sudah Capai Rp 13.900/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular