
Rupiah Melemah, Semakin Dekat ke Rp 13.800/US$
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2018 08:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah. Greenback lagi-lagi menyerempet kisaran Rp 13.800/US$.
Pada Jumat (9/3/2018) pukul 08.30 WIB, dolar AS di perdagangkan di posisi Rp 13.790/US$. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Dolar AS memang sedang perkasa. Mayoritas mata uang kawasan melemah terhadap greenback. Bahkan sejumlah mata uang Asia melemah lebih dalam ketimbang rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:
Greenback menguat setelah Bank Sentral Uni Eropa (ECB) digadang-gadang akan menghentikan stimulus moneternya, tetapi secara bertahap dan tidak agresif. Artinya, likuiditas euro masih akan membanjir sehingga sulit untuk menguat dan dolar AS mendapat momentum dari situ.
ECB memutuskan untuk menahan suku bunga kebijakan. Suku bunga refinancing tetap 0%, deposit -0,4%, dan pinjaman 0,25%.
Dalam pengumumannya, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya bisa saja memperpanjang masa pembelian obligasi (quantitative easing) sampai lewat dari September 2018. Namun Draghi tidak menyebutkan pembelian lebih lanjut, yang dibaca pasar sebagai sinyal ECB akan menyelesaikan stimulus dan sudah bersiap mengakhiri era kebijakan moneter longgar.
Pertumbuhan ekonomi Benua Biru, menurut Draghi, sudah membaik. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%.
"Perkiraan pertumbuhan ekonomi mengkonfirmasi keyakinan kami bahwa inflasi akan bergerak mendekati 2%. Kemenangan belum bisa dideklarasikan," tutur Draghi, seperti dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Jumat (9/3/2018) pukul 08.30 WIB, dolar AS di perdagangkan di posisi Rp 13.790/US$. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Dolar AS memang sedang perkasa. Mayoritas mata uang kawasan melemah terhadap greenback. Bahkan sejumlah mata uang Asia melemah lebih dalam ketimbang rupiah.
Greenback menguat setelah Bank Sentral Uni Eropa (ECB) digadang-gadang akan menghentikan stimulus moneternya, tetapi secara bertahap dan tidak agresif. Artinya, likuiditas euro masih akan membanjir sehingga sulit untuk menguat dan dolar AS mendapat momentum dari situ.
ECB memutuskan untuk menahan suku bunga kebijakan. Suku bunga refinancing tetap 0%, deposit -0,4%, dan pinjaman 0,25%.
Dalam pengumumannya, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pihaknya bisa saja memperpanjang masa pembelian obligasi (quantitative easing) sampai lewat dari September 2018. Namun Draghi tidak menyebutkan pembelian lebih lanjut, yang dibaca pasar sebagai sinyal ECB akan menyelesaikan stimulus dan sudah bersiap mengakhiri era kebijakan moneter longgar.
Pertumbuhan ekonomi Benua Biru, menurut Draghi, sudah membaik. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 2,4%. Lebih baik dibandingkan proyeksi yang dibuat akhir tahun lalu yaitu 2,3%.
"Perkiraan pertumbuhan ekonomi mengkonfirmasi keyakinan kami bahwa inflasi akan bergerak mendekati 2%. Kemenangan belum bisa dideklarasikan," tutur Draghi, seperti dilansir Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular