Melemah Tipis, Dolar Masih Dekati Rp 13.800/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2018 16:58
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini cenderung bergerak di rentang sempit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini cenderung bergerak di rentang sempit. Terjadi pelemahan dibandingkan posisi pembukaan, tetapi sangat tipis.

Pada Rabu (7/3/2018) pukul 16.00 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di Rp 13.762/US$. Melemah 0,01% dibandingkan saat pembukaan pasar. Namun dibandingkan penutupan hari sebelumnya, rupiah masih menguat tipis 0,06%.
Reuters
Rupiah masih sulit keluar dari level Rp 13.700/US$ mendekati Rp 13.800/US$. Akhir pekan lalu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menegaskan rupiah pada kisaran tersebut sudah overshoot, tidak sesuai dengan fundamental. Menurutnya, BI lebih nyaman jika rupiah berada di level Rp 13.200-13.300/US$. 

Sementara mata uang Asia bergerak variatif. Beberapa yang menguat terhadap greenback di antaranya yen Jepang (0,44%), ringgit Malaysia (0,03%), dolar Singapura (0,11%), dan dong Vietnam (0,04%). Sementara yang melemah adalah yuan China (0,14%), dolar Hong Kong (0,02%), rupee India (0,07%), won Korea Selatan (0,19%), peso Filpina (0,02%), baht Thailand (0,10%), dan dolar Taiwan (0,16%).

Dolar AS sebenarnya sedang agak "sakit". Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia, bergerak melemah. Saat ini, Dollar Index melemah 0,11% ke 89,52. 
Reuters
Greenback sedang dalam posisi bertahan mengingat minimnya sentimen yang bisa membuat mata uang ini terapresiasi. Terakhir, dolar AS melemah akibat pengunduran diri penasihat ekonomi Gedung Putih, Gary Cohn. Mantan bankir Wall Street ini merupakan "penganut" setia pasar bebas sehingga keluarnya Cohn dipersepsikan memberi jalan bagi kebijakan yang proteksionis. 

Mengutip Reuters, analisis ANZ menyebutkan dampak terburuk dari perkembangan ini adalah kebijakan yang "sengaja" membuat dolar AS melemah akan mengemuka. Akibatnya volatilitas pasar meningkat. 

"Skenario terburuk bagi pasar keuangan adalah potensi terciptanya volatilitas. Friksi seputar kebijakan perdagangan akan mengemuka dan dolar AS akan terabaikan," sebut riset ANZ. 

Investor menaruh curiga bahwa kekuatan pendukung kebijakan proteksionis di Gedung Putih memang ingin greenback melemah agar ekspor AS makin kompetitif dan impor mahal. Sejak semalam, dolar AS memang terus bergerak melemah.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular