
Kabar dari AS dan Semenanjung Korea Jadi Sentimen IHSG
Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
07 March 2018 09:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan di level 6.500,96 poin. Namun kemudian bergerak menguat ke 6.516,88 poin. Pergerakan IHSG mengikuti pergerakan beberapa bursa utama Asia yang menguat secara terbatas.
Penggerak IHSG pada awal perdagangan ini berasal dari berbagai sektor. Saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) naik 0,93%. Saham PT Unilever Indonesia Tbk menguat 0,52% dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) naik 0,32%.
Pasar Asia pagi ini dibuka bervariasi dengan kecenderungan menguat terbatas. Indeks Nikkei 225 dibuka menguat 0,73% dan Indeks Kospi menguat tipis 0,08%. Adapun indeks Hang Seng naik dibuka pada zona merah yang turun 2,6%.
Untuk perdagangan hari ini, penguatan Wall Street bisa menjadi sentimen positif bagi bursa Asia termasuk Indonesia. Meredanya potensi perang dagang merupakan kabar baik dan membuat investor bisa melakukan aktivitas dengan lebih tenang.
Sentimen positif lainnya adalah aura damai di Semenanjung Korea. Ini akan menambah kepercayaan diri investor, terutama asing, untuk masuk ke bursa saham Asia.
Akibat perkembangan positif di Semenanjung Korea, dolar AS pun melemah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uanh utama dunia, melemah 0,55% ke 89,54. Pelemahan greenback mengindikasikan investor cenderung mulai melepas mata uang ini dan melirik aset-aset berisiko.
Pelemahan dolar AS bisa berdampak positif kepada rupiah dan IHSG. Diharapkan rupiah bisa berbalik arah setelah kemarin cenderung bergerak melemah dan lagi-lagi mendekati level Rp 13.800/US$.
Selain itu, depresiasi dolar AS juga akan menjadi katalis bagi kenaikan harga minyak. Namun sejauh ini pergerakan harga si emas hitam masih terbatas, menantikan rilis data cadangan minyak AS. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, cadangan minyak AS pekan lalu hingga 2 Maret diramalkan kembali meningkat setelah pada periode sebelumnya juga naik sampai 3 juta barel.
Apabila harga minyak naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Dalam beberapa waktu terakhir, saham-saham emiten migas dan pertambangan kerap menjadi penyelamat IHSG.
Namun, masih ada sejumlah risiko yang bisa membuat pelemahan IHSG berlanjut. Pertama adalah berlanjutnya aksi ambil untung. Sampai perdagangan kemarin, IHSG masih menyimpan "tabungan" penguatan 2,27% sehingga masih ada selisih keuntungan yang bisa direalisasikan kapan saja.
Kedua adalah rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2018. Bank Indonesia (BI) mencatat konsumen masih optimistis, terbukti dengan IKK yang masih di atas 100 yaitu 122,5. Namun optimisme itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 126,1.
Rilis data IKK juga menggambarkan bagaimana konsumen masih cenderung menahan diri. Ini tercermin dari porsi pendapatan rumah tangga yang digunakan untuk konsumsi pada Februari 2018 sebesar 63,9%. Lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu 64,4%.
Data IKK ini bisa menjadi kabar yang kurang sedap bagi emiten sektor barang konsumsi, keuangan, sampai manufaktur. Sepertinya perlambatan konsumsi yang terjadi sejak tahun lalu belum sepenuhnya pulih.
Ketiga adalah investor akan mencermati pernyataan dari para anggota the Federal Reserve/The Fed yang dijadwalkan berbicara pada hari ini yaitu William Dudley, Lael Brainard, Raphael Bostic, dan Robert Kaplan. Pelaku pasar akan mencari petunjuk terkait langkah The Fed dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan. Segala perkembangan terkait perdagangan internasional juga akan dimonitor oleh pelaku pasar.
Apabila sampai ada petunjuk mengenai kenaikan suku bunga yang lebih agresif, maka bersiaplah untuk menyambut koreksi di pasar saham. Namun bila nada (tone) yang diutarakan lebih tenang, maka akan positif terhadap pasar saham tetapi bukan kabar baik bagi dolar AS.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
(roy/roy) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Penggerak IHSG pada awal perdagangan ini berasal dari berbagai sektor. Saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) naik 0,93%. Saham PT Unilever Indonesia Tbk menguat 0,52% dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) naik 0,32%.
Pasar Asia pagi ini dibuka bervariasi dengan kecenderungan menguat terbatas. Indeks Nikkei 225 dibuka menguat 0,73% dan Indeks Kospi menguat tipis 0,08%. Adapun indeks Hang Seng naik dibuka pada zona merah yang turun 2,6%.
Sentimen positif lainnya adalah aura damai di Semenanjung Korea. Ini akan menambah kepercayaan diri investor, terutama asing, untuk masuk ke bursa saham Asia.
Akibat perkembangan positif di Semenanjung Korea, dolar AS pun melemah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uanh utama dunia, melemah 0,55% ke 89,54. Pelemahan greenback mengindikasikan investor cenderung mulai melepas mata uang ini dan melirik aset-aset berisiko.
Pelemahan dolar AS bisa berdampak positif kepada rupiah dan IHSG. Diharapkan rupiah bisa berbalik arah setelah kemarin cenderung bergerak melemah dan lagi-lagi mendekati level Rp 13.800/US$.
Selain itu, depresiasi dolar AS juga akan menjadi katalis bagi kenaikan harga minyak. Namun sejauh ini pergerakan harga si emas hitam masih terbatas, menantikan rilis data cadangan minyak AS. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, cadangan minyak AS pekan lalu hingga 2 Maret diramalkan kembali meningkat setelah pada periode sebelumnya juga naik sampai 3 juta barel.
Apabila harga minyak naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi IHSG. Dalam beberapa waktu terakhir, saham-saham emiten migas dan pertambangan kerap menjadi penyelamat IHSG.
Namun, masih ada sejumlah risiko yang bisa membuat pelemahan IHSG berlanjut. Pertama adalah berlanjutnya aksi ambil untung. Sampai perdagangan kemarin, IHSG masih menyimpan "tabungan" penguatan 2,27% sehingga masih ada selisih keuntungan yang bisa direalisasikan kapan saja.
Kedua adalah rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2018. Bank Indonesia (BI) mencatat konsumen masih optimistis, terbukti dengan IKK yang masih di atas 100 yaitu 122,5. Namun optimisme itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 126,1.
Rilis data IKK juga menggambarkan bagaimana konsumen masih cenderung menahan diri. Ini tercermin dari porsi pendapatan rumah tangga yang digunakan untuk konsumsi pada Februari 2018 sebesar 63,9%. Lebih rendah dari bulan sebelumnya yaitu 64,4%.
Data IKK ini bisa menjadi kabar yang kurang sedap bagi emiten sektor barang konsumsi, keuangan, sampai manufaktur. Sepertinya perlambatan konsumsi yang terjadi sejak tahun lalu belum sepenuhnya pulih.
Ketiga adalah investor akan mencermati pernyataan dari para anggota the Federal Reserve/The Fed yang dijadwalkan berbicara pada hari ini yaitu William Dudley, Lael Brainard, Raphael Bostic, dan Robert Kaplan. Pelaku pasar akan mencari petunjuk terkait langkah The Fed dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan. Segala perkembangan terkait perdagangan internasional juga akan dimonitor oleh pelaku pasar.
Apabila sampai ada petunjuk mengenai kenaikan suku bunga yang lebih agresif, maka bersiaplah untuk menyambut koreksi di pasar saham. Namun bila nada (tone) yang diutarakan lebih tenang, maka akan positif terhadap pasar saham tetapi bukan kabar baik bagi dolar AS.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rilis data cadangan devisa Indonesia.
- Rilis data karyawan non-pertanian AS versi ADP periode Februari (20.15).
- Pidato presiden The Fed New York William Dudley (20.20).
- Pidato presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic (20.00).
- Rilis data cadangan minyak AS (22.30).
(roy/roy) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular