Dolar AS Defensif, Rupiah Menguat Tipis

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2018 08:50
Greenback memang tengah dalam posisi defensif setelah investor kembali meminati aset-aset yang berisiko seiring memudarnya berbagai sentimen negatif.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pagi ini. Greenback memang tengah dalam posisi defensif setelah investor kembali meminati aset-aset yang berisiko (risk-on) seiring memudarnya berbagai sentimen negatif. 

Pada Rabu (7/3/2018) pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.755/US$. Menguat tipis 0,04% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 
Reuters
Penguatan rupiah terjadi seiring dolar AS yang cenderung terdepresiasi di hadapan mata uang dunia. Dollar Index, yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, melemah sejak malam lalu. 

Reuters
Greenback bergerak melemah karena sejumlah sentimen negatif di pasar mulai mereda. Pertama adalah rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk terhadap baja dan aluminium.  

Awalnya, wacana ini menghebohkan pasar karena berpotensi menciptakan perang dagang dalam skala global. Tindakan AS akan memicu aksi "balas dendam" dari negara lain, yang pada akhirnya membangkitkan semangat proteksionisme. 



Namun sejak kemarin ada harapan bahwa rencana Trump tersebut bisa digagalkan. Ini tidak lepas dari suara penolakan yang datang bertubi-tubi, termasuk dari sejumlah petinggi Partai Republik. 

Mitch McConnell, Pimpinan Mayoritas Senat AS, menegaskan kebijakan tersebut akan membawa dampak negatif yang luar biasa bagi Negeri Paman Sam. Perang dagang akan terjadi dan akhirnya merugikan AS sendiri. 

"Ada kekhawatiran besar di antara para senator Partai Republik, karena kebijakan ini akan memicu perang dagang besar-besaran. Para senator khawatir dampaknya akan sangat luas," tegas McConnell, seperti dilansir Reuters. 

Mark Meadows, Anggota Kongres AS dari Partai Republik, mencemaskan aksi balas dendam dari negara-negara lain bisa Negeri Adidaya menerapkan kebijakan bea masuk untuk baja dan aluminium. Menurutnya, produk-produk agrikultur AS yang akan paling merasakan dampaknya, dipersulit untuk masuk ke negara-negara lain. China merupakan negara yang paling potensial untuk menerapkan batasan terhadap produk-produk agrikultur AS. 

"Saya banyak mendengar pembicaraan tentang kebijakan ini. Kebanyakan menyatakan tidak setuju," ujar Meadows. 

David Purdue, Senator Partai Republik dari Alabama yang juga orang dekat Gedung Putih, mengungkapkan dirinya telah berbicara dengan Kepala Staff Kepresidenan John Kelly. Dia menegaskan pembicaraan tersebut cukup positif. "Sepertinya Trump membuka diri untuk perubahan," ungkap Purdue. 

Kedua adalah seputar pengetatan kebijakan moneter di AS. Dalam pidatonya di depan Senat AS pekan lalu, Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell menegaskan bank sentral akan menjaga perekonomian Negeri Paman Sam dari pertumbuhan yang terlalu cepat atau overheating. Kalimat ini dibaca pasar sebagai sinyal bahwa The Fed akan agresif menaikkan suku bunga acuan, mungkin bisa empat kali sepanjang 2018. 

Namun dalam pidato keduanya di Kongres AS, Powell meredakan ketegangan pasar dengan menyatakan laju inflasi AS belum cukup kuat. Artinya, pasar membaca bahwa The Fed tidak akan terlalu agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter. 

Ketiga adalah ketegangan di Semenanjung Korea. Pertemuan antara Korea Selatan dengan Korea Utara kemarin membawa hasil positif yang berdampak besar bagi perdamaian kawasan tersebut. 

"Korea Utara menegaskan niatnya untuk melakukan denuklirisasi Semenanjung Korea. Faktanya memang tidak ada kepentingan untuk memiliki program nuklir jika ancaman terhadap Kora Utara bisa diselesaikan dan rezim tetap terjamin," papar pimpinan delegasi Korea Selatan Chung Eul-yong, seperti dikutip Reuters. 

Akibat berbagai perkembangan positif tersebut, dolar AS pun melemah. Pelemahan greenback mengindikasikan investor cenderung mulai melepas mata uang ini dan melirik aset-aset berisiko.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular