
UBS Proyeksi Dolar AS Tahun Ini Bisa Kembali ke Rp 13.000/US$
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
05 March 2018 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank UBS Indonesia memproyesikan pergerakan nilai tukar rupiah akan kembali ke level fundamentalnya, cepat atau lambat. Bahkan, bukan tidak mungkin rupiah berada di kisaran Rp 13.000/US$ tahun ini.
Senior Economist ASEAN UBS Edward Teather mengatakan, penguatan mata uang Garuda pada tahun ini sejalan dengan fundamental ekonomi domestik yang semakin membaik, terutama dari sisi kebijakan fiskal pemerintah.
"Forecast kami sekitar Rp 13.000/US$, karena fundamental Indonesia masih relatif sehat," kata Edward, Senin (5/3/2018).
Menurut Edward, pelemahan rupiah pada saat ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, terutama dari kondisi perekonomian Amerika Serikat yang diperkirakan terus membaik, serta arah kebijakan bank sentral AS (The Fed).
Namun secara garis besar, dia menilai, kondisi fundamental ekonomi domestik masih mampu mengkompenasi tekanan eksternal. Meskipun masih ada potensi tertekan, namun nilai tukar rupiah akan kembali kepada fundamentalnya.
"Upaya pemerintah menjaga fiskal tahun ini bisa menjadi daya dorong masuknya aliran modal," jelasnya.
Dalam kesempatan sama, Country Head UBS Indonesia Joshua Tanja menilai, Indonesia masih dianggap menjadi destinasi menarik bagi pelaku pasar. Dengan fundamental yang terus membaik, diharapkan bisa mengerek rupiah ke level yang seharusnya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menyebut, nilai tukar rupiah yang sempat nyaris menembus level Rp 13.800/US$ sudah undervalued. BI memandang, level Rp 13.200/US$-Rp13.300/US$ merupakan nilai tukar yang mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang sebenarnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Senior Economist ASEAN UBS Edward Teather mengatakan, penguatan mata uang Garuda pada tahun ini sejalan dengan fundamental ekonomi domestik yang semakin membaik, terutama dari sisi kebijakan fiskal pemerintah.
"Forecast kami sekitar Rp 13.000/US$, karena fundamental Indonesia masih relatif sehat," kata Edward, Senin (5/3/2018).
Namun secara garis besar, dia menilai, kondisi fundamental ekonomi domestik masih mampu mengkompenasi tekanan eksternal. Meskipun masih ada potensi tertekan, namun nilai tukar rupiah akan kembali kepada fundamentalnya.
"Upaya pemerintah menjaga fiskal tahun ini bisa menjadi daya dorong masuknya aliran modal," jelasnya.
Dalam kesempatan sama, Country Head UBS Indonesia Joshua Tanja menilai, Indonesia masih dianggap menjadi destinasi menarik bagi pelaku pasar. Dengan fundamental yang terus membaik, diharapkan bisa mengerek rupiah ke level yang seharusnya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) menyebut, nilai tukar rupiah yang sempat nyaris menembus level Rp 13.800/US$ sudah undervalued. BI memandang, level Rp 13.200/US$-Rp13.300/US$ merupakan nilai tukar yang mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang sebenarnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular