Pedagang Jual Dolar di Rp 13.721/US$, Bank di Rp 13.825/US$

Exist In Exist, CNBC Indonesia
28 February 2018 13:58
Pedagang valuta asing (valas) atau money changer menjual dolar AS di level Rp 13.721/US$ siang ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang valuta asing (valas) atau money changer menjual dolar AS di level Rp 13.721/US$ siang ini. Sedangkan bank menjualnya lebih tinggi hingga Rp 13.825/US$.

Berdasarkan kurs jual di salah satu money changer yang disambangi CNBC Indonesia di MH Thamrin, tercatat kurs jual dolar AS di Rp 13.721/US$. Sedangkan kurs beli, berada di US$ 13.705/US$.

Sedangkan melalui bank, memang lebih tinggi dalam menjual dolarnya. Berikut beberapa kurs di bank-bank dalam negeri hari ini :

Bank Mandiri :
  • Kurs Jual Rp 13.730/US$
  • Kurs Beli Rp 13.690/US$
Bank BNI :
  • Kurs Jual Rp 13.825/US$
  • Kurs Beli Rp 13.575/US$
Bank BCA :
  • Kurs Jual Rp 13.718/US$
  • Kurs Beli Rp 13.702/US$
Bank HSBC :
  • Kurs Jual Rp 14.000/US$
  • Kurs Beli Rp 13.400/US$
BI memandang pelemahan rupiah yang terjadi semata-mata akibat kondisi global. Secara fundamental, perekonomian Indonesia cukup kuat dan positif.

"Pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini lebih merupakan respons pasar terhadap situasi global, bukan karena faktor domestik," ungkap Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi kepada CNBC Indonesia, Rabu (28/2/2018).

Secara fundamental, Doddy menjelaskan cukup banyak faktor positif yang dapat menopang stabilitas rupiah. Antara lain, pertumbuhan ekonomi yang berada dalam tren membaik di mana pada Triwulan IV-2017 tercatat tumbuh 5,19%.

"Laju inflasi juga rendah yakni pada Januari 2018 tercatat sebesar 3,25%. Kemudian defisit transaksi berjalan yang terkendali pada 2017 sebesar 1,7% terhadap PDB, di bawah batas aman 3% terhadap PDB," ungkapnya.

Selain itu, Doddy melanjutkan, cadangan devisa yang relatif besar juga menunjukkan fundamental yang baik. "Dengan dukungan perbaikan berbagai faktor fundamental tersebut, rupiah seharusnya bisa menguat kembali setelah proses koreksi di pasar keuangan ini mereda," jelasnya.

Doddy sebelumnya juga menjelaskan pelemahan rupiah hari ini masih merupakan lanjutan dari dampak koreksi harga saham dan obligasi di pasar keuangan internasional yang sudah terjadi pasca pertemuan Federal Open Market Comittee (FOMC) di akhir Januari.


(dru) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular