
Dolar Masih Defensif, Rupiah Lanjutkan Penguatan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 February 2018 15:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah bergerak sejalan dengan mata uang kawasan yang juga terapresiasi terhadap greenback.
Mengutip Reuters, pada Selasa (26/2/2018) pukul 14.10 WIB nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.652/dolar AS. Menguat 0,06% dibanding kala pembukaan pasar dan 0,09% dibandingkan hari sebelumnya.
Seperti halnya rupiah, mata uang regional pun perkasa di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:
Dolar AS memang sedang lesu. Saat ini, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,25%.
Laju greenback sebelumnya cukup kencang dengan penguatan mencapai 0,59% sepanjang bulan ini. Namun sepekan terakhir lajunya mulai mengendur dan akhirnya melemah 0,06%.
Dolar AS tengah dalam posisi defensif. Investor menantikan pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed yang baru, di depan Kongres AS. Apapun yang keluar dari mulut Powell, terutama soal inflasi dan arah kebijakan moneter ke depan, akan benar-benar dicermati dan menentukan jalannya perdagangan.
Powell diperkirakan tidak akan banyak mengubah kebijakan pendahulunya, Janet Yellen, dan akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang bias ketat plus normalisasi neraca bank sentral. Awalnya investor mencemaskan The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, mengingat laju inflasi Negeri Paman Sam yang terus terakselerasi.
Pandangan tersebut memudar setelah Presiden The Fed St Louis James Bullard yang menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif membuat kebijakan The Fed terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin.
Investor pun kemudian cenderung menahan diri untuk memborong dolar AS. Akibatnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ikut kena getahnya dengan mengalami penurunan. Sebelumnya, yield instrumen ini sempat menyentuh titik tertinggi dalam empat tahun terakhir yaitu di kisaran 2,9%.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Mengutip Reuters, pada Selasa (26/2/2018) pukul 14.10 WIB nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.652/dolar AS. Menguat 0,06% dibanding kala pembukaan pasar dan 0,09% dibandingkan hari sebelumnya.
![]() |
![]() |
Laju greenback sebelumnya cukup kencang dengan penguatan mencapai 0,59% sepanjang bulan ini. Namun sepekan terakhir lajunya mulai mengendur dan akhirnya melemah 0,06%.
![]() |
Powell diperkirakan tidak akan banyak mengubah kebijakan pendahulunya, Janet Yellen, dan akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang bias ketat plus normalisasi neraca bank sentral. Awalnya investor mencemaskan The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, mengingat laju inflasi Negeri Paman Sam yang terus terakselerasi.
Pandangan tersebut memudar setelah Presiden The Fed St Louis James Bullard yang menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif membuat kebijakan The Fed terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin.
Investor pun kemudian cenderung menahan diri untuk memborong dolar AS. Akibatnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ikut kena getahnya dengan mengalami penurunan. Sebelumnya, yield instrumen ini sempat menyentuh titik tertinggi dalam empat tahun terakhir yaitu di kisaran 2,9%.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular