
Dolar Kehilangan Pegangan, Rupiah Pun Menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 February 2018 09:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Laju penguatan greenback terhenti setelah pejabat bank sentral AS menyatakan kenaikan suku bunga acuan tidak akan terlampau agresif.
Mengutip Reuters, Jumat (23/2/2018), nilai tukar rupiah di pasar spot pada pukul 09.00 WIB berada di Rp 13.665/dolar AS. Menguat 0,04% dibandingkan saat pembukaan pasar dan 0,12% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Dolar AS memang tengah melemah di hadapan mata uang dunia. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS dibandingkan enam mata uang utama, mulai melandai setelah beberapa hari terakhir menguat cukup signifikan.
Greenback kehilangan pegangan setelah Presiden The Fed St Louis James Bullard menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif justru akan membuat kebijakan The Fed menjadi terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin.
Meski begitu, Bullard tetap menegaskan bahwa sikap (stance) kebijakan moneter The Fed tetap bias ke arah pengetatan. Kecil peluang untuk kebijakan moneter netral.
Merespons pernyataan Bullard, imbal hasil (yield) obligasi AS pun terkoreksi dari 2,94% menjadi 2,92%. Investor mulai melirik kembali pasar saham.
Dolar AS membutuhkan kenaikan suku bunga acuan sebagai pijakan untuk terapresiasi. Kenaikan suku bunga acuan akan menjangkar ekspektasi inflasi terhadap mata uang ini.
Kenaikan dolar AS yang tajam beberapa hari terakhir juga sangat rentan terhadap koreksi. Sentimen sekecil apapun akan menyebabkan pelemahan.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Mengutip Reuters, Jumat (23/2/2018), nilai tukar rupiah di pasar spot pada pukul 09.00 WIB berada di Rp 13.665/dolar AS. Menguat 0,04% dibandingkan saat pembukaan pasar dan 0,12% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
![]() |
![]() |
Meski begitu, Bullard tetap menegaskan bahwa sikap (stance) kebijakan moneter The Fed tetap bias ke arah pengetatan. Kecil peluang untuk kebijakan moneter netral.
Merespons pernyataan Bullard, imbal hasil (yield) obligasi AS pun terkoreksi dari 2,94% menjadi 2,92%. Investor mulai melirik kembali pasar saham.
Dolar AS membutuhkan kenaikan suku bunga acuan sebagai pijakan untuk terapresiasi. Kenaikan suku bunga acuan akan menjangkar ekspektasi inflasi terhadap mata uang ini.
Kenaikan dolar AS yang tajam beberapa hari terakhir juga sangat rentan terhadap koreksi. Sentimen sekecil apapun akan menyebabkan pelemahan.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular