Menakar Rasio Utang Emiten Konstruksi

Anthony Kevin & Monica Wareza, CNBC Indonesia
22 February 2018 14:01
Emiten konstruksi harus menambah jumlah utang untuk membiayai proyek yang sedang dikerjakan.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia – Rasio laba terhadap ekuitas perusahaan (debt to equity ratio/DER) emiten-emiten konstruksi merangkak naik setelah mengerjakan sejumlah proyek yang dicanangkan pemerintah. Emiten konstruksi harus menambah jumlah utang untuk membiayai proyek yang sedang dikerjakan.

Sampai dengan akhir kuartal III-2107, DER PT Waskita Karya Tbk (WSKT) tercatat mencapai 2,89 kali, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebesar 0,74 kali, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sebesar 1,42 kali. Median DER untuk subsektor konstruksi tersebut tercatat hanya sebesar 0,92 kali.

Artinya, hanya WIKA yang relatif memiliki tingkat utang rendah, sementara WSKT dan ADHI jauh lebih tinggi dari para kompetitornya.

Namun, kalangan analis menilai bahwa utang dari emiten-emiten konstruksi belum mengkhawatirkan. Liga Maradona, analis OCBC Sekuritas Indonesia mengungkapkan bahwa wajar jika BUMN karya memiliki DER di atas 1 kali, apalagi proyek yang dikerjakan banyak.

“Wajar sektor konstruksi dan emiten ini punya DER di atas 1 terlebih kalau proyeknya banya. Kalau di 3 wajar karena mereka kan banyak keluarin dana banyak. Kalau dana yg masuk telat baru parah. DER 3 itu medium to high. Kalau 4 itu baru tinggi” ungkanya ketika dihubungi oleh CNBC Indonesia kemarin, Rabu (21/02/2018).

Reita Farianti, Direktur Utama BNI Asset Management mengungkapkan bahwa DER emiten konstruksi Indonesia rata-rata masih berkisar 0,63 kali-1,61 kali, tidak terlalu berbeda jauh dengan emiten konstruksi di kawasan regional.

Guna menjaga DER tetap berada dalam batasan yang aman, BUMN karya diharapkan dapat aktif memanfaatkan skema pembiayaan alternatif non-utang, seperti factoring, sekuritisasi aset dan divestasi jalan tol. “Pendanaan alternatif non-utang seperti factoring, sekuritisasi aset dan divestasi jalan tol akan mampu meredakan kebutuhan arus kas dan meredakan sebagian kebutuhan debt funding perusahaan kontsruksi ke depannya”, terang Reita.

Sebagai catatan, factoring merupakan salah satu metode pembiayaan dengan cara menjual piutang yang dimiliki perusahaan kepada pihak ketiga. BUMN karya sudah seharusnya mengusahakan hal tersebut, mengingat besarnya porsi piutang dalam pendapatan mereka.

Sembilan pertama 2017 tercatat, lebih dari separuh kenaikan pendapatan WSKT, WIKA, dan ADHI disumbang oleh piutang. Bahkan, porsinya mencapai 98% untuk WIKA.

Menakar Rasio Utang Emiten KonstruksiFoto: CNBC Indonesia

(hps) Next Article Jadi Pindah, Ini Sederet Proyek WIKA di Ibu Kota RI yang Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular