Rupiah Masih Melemah, Tembus Rp 13.600/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2018 12:40
Pada tengah hari ini, nilai tukar rupiah menembus level Rp 13.600/dolar AS.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah masih bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada tengah hari ini, nilai tukar rupiah menembus level Rp 13.600/dolar AS. 

Mengutip Reuters, Rabu (21/2/2018), nilai tukar rupiah di pasar spot pada pukul 12.00 WIB berada tepat di Rp 13.600/dolar AS. Melemah 0,15% dibandingkan pukul 09.00 WIB. 

Reuters
Greenback memang tengah perkasa. Dollar Index, yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, menguat 0,17%. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 0,84%. 

Hari ini, investor cenderung memegang dolar AS sambil menantikan minutes meeting bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Pasar akan mencermati hasil pertemuan ini, yang diperkirakan semakin memperjelas arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam. 

Minutes meeting adalah pengumuman dari hal-hal yang dibahas dalam rapat suku bunga kebijakan tiga pekan sebelumnya. Di dalamnya akan terkandung “petunjuk” arah kebijakan bank sentral ke depan. 

The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee bulan depan, petunjuk ini diharapkan semakin terang dalam minutes meeting yang akan diumumkan dalam waktu dekat. Kenaikan suku bunga akan menolong dolar AS, karena bisa menahan ekspektasi inflasi. 

Reuters
Saat ini, suku bunga acuan The Federal Reserve Fund Rate ada di 1,5%. Suku bunga tersebut termasuk rendah melihat kondisi ekonomi AS yang sekarang. 

Misalnya berkaca pada kondisi 2001. Saat itu pertumbuhan ekonomi AS tercatat 1%, inflasi 1,6%, dan pengangguran 6%. Tapi suku bunga acuan pada akhir tahun adalah 1,75%. 

Pada 2017, ekonomi AS tumbuh 2,1%. Inflasi AS juga tercatat 2,1% dan angka pengangguran 4,1%. Rasanya suku bunga acuan 1,5% memang sudah relevan. 

Ditambah lagi pemerintah AS di bawah pimpinan Presiden Donald Trump gencar memberikan stimulus ke perekonomian. Harga uang jadi terlalu murah di tengah mesin ekonomi yang mulai panas.
 Oleh karena itu, mau tidak mau dan suka tidak suka kenaikan suku bunga sudah menjadi kewajiban bagi AS. Suku bunga bertugas untuk “menjangkar” laju perekonomian agar tidak terlalu cepat dan membuat pasar kembali menginjak bumi. 

Kenaikan suku bunga bisa menyelamatkan dolar AS. Saat suku bunga naik, maka tekanan inflasi diharapkan mereda dan membuat mata uang terapresiasi.
 Sambil menunggu kejelasan tersebut, investor pun sepertinya memilih untuk bermain aman dan memegang dolar AS. Sikap seperti akan mendukung penguatan dolar AS, meski sepertinya tidak akan bertahan lama.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular