
Sky Energy Lepas Saham ke Publik Rp 375-Rp 450 Per Saham
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
20 February 2018 16:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam Due Diligence Meeting & Public Expose penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/ IPO), perusahaan produsen panel surya PT Sky Energy Indonesia Tbk. menawarkan 203.256.000 sahamnya atau setara 20% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor dalam IPO.
Dalam public exposenya, Sky Energy menggandeng PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek dengan harga yang ditawarkan Rp 375 - 450 per saham. Dengan harga tersebut, perusahaan menargetkan dana sebesar Rp 76,2 - 91,5 miliar dari listing yang dijadwalkan pada tanggal 28 Maret 2018.
Associate Director Mirae Sekuritas, Mukti Wibowo Kamihadi memproyeksikan price equity ratio (PER) antara 12,3 sampai 14,75 kali lipat. Ruang untuk pertambahan nilainya, menurut Mukti, masih cukup besar dan bisa mencapai 24 kali lipat.
Direktur Utama Sky Energy, Jackson Tandiono mengatakan keseluruhan dana yang diperoleh dari penawaran umum ini akan dialokasikan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 228 miliar.
"Kami akan gunakan untuk pembelian mesin dan peralatan seiring dengan pengembangan kegiatan usaha, pembelian tanah, serta penambahan area produksi," ujar Jackson, Selasa (20/2/2018).
GM Finance & Accounting Sky Energy Christopher Liawan mengatakan sejauh ini kapasitas produksi pabrik Sky Energy di Wanaherang, Bogor sebesar 100 megawatt dan tahun ini perusahaan akan berinvestasi membangun pabrik baru dengan tambahan kapasitas produksi 100 megawatt di Sentul, Bogor.
"Dari total capex Rp 228 miliar itu kira-kira Rp 100 miliar untuk pengadaan lahan, Rp 37 miliar untuk bangunan dan Rp 81 miliar untuk belanja mesin. Pabrik barunya seluas 5 hektar dengan kapasitas produksi 100 megawatt di Sentul. Alokasi untuk capex ini diharapkan 40% dari hasil IPO dan 60% dari pinjaman bank yang sudah ada," jelas Christopher.
Tahun ini, Sky Energy menargetkan penjualan sebesar Rp 539 miliar dengan target pertumbuhan 15% per tahun. Dari jumlah tersebut, 36% dialokasikan untuk ekspor. Pasar ekspor modul surya antara lain Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan negara-negara Eropa. Sementara untuk pasar domestik, mayoritas masih dari proyek-proyek elektrifikasi pemerintah serta penerangan jalan yanh bekerja sama dengan BUMN, khususnya di Indonesia Timur.
Dengan rencana IPO ini, PT Sky Energy Indonesia Tbk. akan menjadi perusahaan energi baru dan terbarukan yang melantai pertama di BEI. Penawaran awal saham perdana dijadwalkan pada tanggal 8-28 Februari 2018, sedangkan penawaran umum akan diadakan pada tanggal 15-21 Maret 2018.
(roy/roy) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Dalam public exposenya, Sky Energy menggandeng PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek dengan harga yang ditawarkan Rp 375 - 450 per saham. Dengan harga tersebut, perusahaan menargetkan dana sebesar Rp 76,2 - 91,5 miliar dari listing yang dijadwalkan pada tanggal 28 Maret 2018.
Associate Director Mirae Sekuritas, Mukti Wibowo Kamihadi memproyeksikan price equity ratio (PER) antara 12,3 sampai 14,75 kali lipat. Ruang untuk pertambahan nilainya, menurut Mukti, masih cukup besar dan bisa mencapai 24 kali lipat.
"Kami akan gunakan untuk pembelian mesin dan peralatan seiring dengan pengembangan kegiatan usaha, pembelian tanah, serta penambahan area produksi," ujar Jackson, Selasa (20/2/2018).
GM Finance & Accounting Sky Energy Christopher Liawan mengatakan sejauh ini kapasitas produksi pabrik Sky Energy di Wanaherang, Bogor sebesar 100 megawatt dan tahun ini perusahaan akan berinvestasi membangun pabrik baru dengan tambahan kapasitas produksi 100 megawatt di Sentul, Bogor.
"Dari total capex Rp 228 miliar itu kira-kira Rp 100 miliar untuk pengadaan lahan, Rp 37 miliar untuk bangunan dan Rp 81 miliar untuk belanja mesin. Pabrik barunya seluas 5 hektar dengan kapasitas produksi 100 megawatt di Sentul. Alokasi untuk capex ini diharapkan 40% dari hasil IPO dan 60% dari pinjaman bank yang sudah ada," jelas Christopher.
Tahun ini, Sky Energy menargetkan penjualan sebesar Rp 539 miliar dengan target pertumbuhan 15% per tahun. Dari jumlah tersebut, 36% dialokasikan untuk ekspor. Pasar ekspor modul surya antara lain Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan negara-negara Eropa. Sementara untuk pasar domestik, mayoritas masih dari proyek-proyek elektrifikasi pemerintah serta penerangan jalan yanh bekerja sama dengan BUMN, khususnya di Indonesia Timur.
Dengan rencana IPO ini, PT Sky Energy Indonesia Tbk. akan menjadi perusahaan energi baru dan terbarukan yang melantai pertama di BEI. Penawaran awal saham perdana dijadwalkan pada tanggal 8-28 Februari 2018, sedangkan penawaran umum akan diadakan pada tanggal 15-21 Maret 2018.
(roy/roy) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular