Analis: Waspadai Kenaikan Harga Saham Emiten Semen

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 February 2018 15:21
Ada potensi produksi semen kelebihan pasokan (over supply), karena jumlah produski tidak sebesar jumlah serapan.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia – Investor sebaiknya mewaspadai kenaikan harga saham emiten sektor semen. Ada potensi produksi semen kelebihan pasokan (over supply), karena jumlah produski tidak sebesar jumlah serapan.

Analis dari Ciptadana Sekuritas Asia Fahressi Fahalmesta menjelaskan, isu over supply masih akan dominan mempengaruhi pergerakan harga sampai dengan akhir tahun ini. “Kenaikan harga saham (emiten semen) hanya sementara, karena sampai akhir tahun isu over supply masih akan kuat mempengaruhi”, terang Fahressi, Senin (19/02/2018).

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, produksi semen dalam negeri masih belum seimbang dengan kebutuhan. Proyek infastruktur yang dibangun pemerintah tidak mampu menyerap jumlah semen yang diproduksi perusahaan-perusahaan nasional.

Fahressi menjelaskan, kenaikan harga saham emiten semen pada saat ini merupakan hasil dari kuatnya penjualan sepanjang bulan Januari 2018. Tercatat, emiten-emiten di sektor tersebut membukukan pertumbuhan penjualan yang lebih kuat pada bulan lalu ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) misalnya, membukukan kenaikan penjualan sebesar 10% YoY pada Januari 2018. Kemudian, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) membukukan kenaikan penjualan masing-masing sebesar 7% YoY dan 25% YoY.

Selain itu, sentimen positif juga datang dari efisiensi yang dilakukan perusahaan-perusahaan dengan tidak menambah pabrik. “Gap (selisih) dari oversupply akan menipis”, terang Fahressi.


Pembangunan Infrastruktur
Menurut Fahressi, kuatnya pertumbuhan penjualan semen pada bulan lalu masih didorong oleh gencarnya langkah pemerintah dalam membangun proyek-proyek infrastruktur. Pada bulan lalu, porsi semen curah (bulk cement) yang biasa digunakan sebagai bahan baku proyek-proyek infrastruktur naik menjadi 25% dari total penjualan semen. Pada tahun 2017, porsinya hanya sebesar 23%.

Sementara itu, penjualan semen sak yang biasa digunakan untuk pembangunan perumahan diproyeksikan masih belum akan tumbuh signifikan. “Penjualan properti belum menunjukkan pemulihan jangka panjang, walaupun sudah lebih baik dari sebelumnya”, papar Fahressi.

Hingga berita ini diturunkan, IHSG tercatat menguat sebesar 1,23% ke level 6.672,53 poin. Secara sektoral, indeks sektor industri dasar memimpin penguatan IHSG dengan kenaikan sebesar 1,96%.

Harga saham SMGR, SMBR, dan INTP naik masing-masing sebesar 4,07%, 0,32%, dan 2,51%.
(hps) Next Article Permintaan Loyo, Begini Siasat Produsen Semen Bertahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular