
Pekan II Februari, Asing Lepas Obligasi Negara Rp 13,65 T
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2018 14:34

Jakarta, CNBC Indonesia – Pada Februari 2018, investor asing cenderung keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN). Meski begitu, investor tidak menjadikan obligasi negara Amerika Serikat (AS) sebagai tujuan.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN per 14 Februari adalah Rp 851,08 triliun. Turun Rp 13,65 triliun dibandingkan posisi awal bulan yang masih Rp 864,73 triliun.
Dalam beberapa waktu terakhir, pola yang terlihat adalah pasar keuangan negara-negara berkembang tertekan karena peralihan dana ke obligasi negara AS. Imbal hasil (yield) obligasi negara AS yang naik membuat investor ini semakin menggiurkan. Sudah aman, untung pula.
Namun yang terjadi saat ini agak berbeda. Instrumen piihan investor kini lebih beragam. Obligasi negara Jerman dan Inggris juga diminati oleh pelaku pasar. Minat ini terlihat dari yield yang berangsur naik, meski dalam rentang tipis.
Yield obligasi merupakan salah satu indikator ekspektasi terhadap arah perekonomian. Sebab, yield obligasi merupakan gambaran ekspektasi suku bunga ke depan. Ketika yield obligasi naik maka tandanya suku bunga berpotensi naik yang merupakan pertanda ekspansi ekonomi.
Itulah yang terjadi pada perekonomian Jerman. Pada 2017, Jerman mencatatkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2%, tercepat dalam enam tahun terakhir. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Jeman diperkirakan lebih tinggi lagi yaitu 2,5%.
Sementara Inggris diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,8% pada 2017. Lebih baik dibandingkan asumsi pemerintah dalam anggaran negara yang sebesar 1,5%.
Oleh karena itu, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pun tidak malu-malu lagi untuk bicara soal pengetatan moneter. BoE memang masih menahan suku bunga acuan sebesar 0,5% dalam pertemuan bulan ini. Namun dalam pernyataannya, secara tegas disebutkan tentang rencana kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar.
“Untuk mengembalikan inflasi sesuai target, maka sepertinya perlu untuk menaikkan suku bunga secara bertahap tetapi lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan awal kami,” tutur Mark Carney, Gubernur BoE, seperti dikutip dari Reuters.
ECB pun sdah ancang-ancang menerapka kebijakan moneter ketat. Ewald Nowotny, salah satu penentu kebijakan suku bunga di ECB, mengungkapkan pihaknya kemungkinan akan menghentikan program stimulus moneter berupa pembelian obligasi pada tahun ini.
“Jika ekonomi terus membaik seperti ini, maka kami akan mengakhiri program stimulus pada 2018,” tegas Nowotny.
Ketika suku bunga di negara-negara maju dinaikkan, maka kemungkinan akan ada lagi dana asing yang keluar dari pasar SBN. Hal ini patut menjadi perhatian pemerintah, mengingat investor asing memegang 40,4% dari total SBN. Saat mereka keluar, meski tidak bersamaan, tentu aka nada tekanan di pasar SBN dan anggaran negara secara keseluruhan.
(aji/aji) Next Article Pekan Depan, Pemerintah Siap Utang Sampai Rp 25,5 T
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di SBN per 14 Februari adalah Rp 851,08 triliun. Turun Rp 13,65 triliun dibandingkan posisi awal bulan yang masih Rp 864,73 triliun.
![]() |
![]() |
Itulah yang terjadi pada perekonomian Jerman. Pada 2017, Jerman mencatatkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2%, tercepat dalam enam tahun terakhir. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Jeman diperkirakan lebih tinggi lagi yaitu 2,5%.
Sementara Inggris diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,8% pada 2017. Lebih baik dibandingkan asumsi pemerintah dalam anggaran negara yang sebesar 1,5%.
Oleh karena itu, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pun tidak malu-malu lagi untuk bicara soal pengetatan moneter. BoE memang masih menahan suku bunga acuan sebesar 0,5% dalam pertemuan bulan ini. Namun dalam pernyataannya, secara tegas disebutkan tentang rencana kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar.
“Untuk mengembalikan inflasi sesuai target, maka sepertinya perlu untuk menaikkan suku bunga secara bertahap tetapi lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan awal kami,” tutur Mark Carney, Gubernur BoE, seperti dikutip dari Reuters.
ECB pun sdah ancang-ancang menerapka kebijakan moneter ketat. Ewald Nowotny, salah satu penentu kebijakan suku bunga di ECB, mengungkapkan pihaknya kemungkinan akan menghentikan program stimulus moneter berupa pembelian obligasi pada tahun ini.
“Jika ekonomi terus membaik seperti ini, maka kami akan mengakhiri program stimulus pada 2018,” tegas Nowotny.
Ketika suku bunga di negara-negara maju dinaikkan, maka kemungkinan akan ada lagi dana asing yang keluar dari pasar SBN. Hal ini patut menjadi perhatian pemerintah, mengingat investor asing memegang 40,4% dari total SBN. Saat mereka keluar, meski tidak bersamaan, tentu aka nada tekanan di pasar SBN dan anggaran negara secara keseluruhan.
(aji/aji) Next Article Pekan Depan, Pemerintah Siap Utang Sampai Rp 25,5 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular