BI: Rupiah Melemah 1,79% karena Perkembangan Ekonomi AS

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 February 2018 17:19
Pelemahan rupiah lebih diakibatkan data-data ekonomi AS
Foto: CNBC Indonesia/Tito Bosnia
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengakui pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi sejak awal bulan ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian di negara Paman Sam itu.

“Rupiah menguat bulan Januari, [mata uang] negara lain juga menguat. Tapi setelah data-data AS terbit, dan misalnya tentang tenaga kerja menguat dari perkiraan dan inflasi juga lebih kuat dari perkiraan, maka pelaku pasar surprised,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam konferensi pers pengumuman hasil rapat bulanan Dewan Gubernur BI, Kamis (15/2/2018).


Kebijakan pemerintahan Donald Trump yang menurunkan pajak menciptakan defisit anggaran yang lebih lebar dan faktor tersebut membuat pelaku pasar melakukan penyesuaian, tambahnya.

“[Karenanya,] US Treasury yield [imbal hasil surat utang negara AS] bergerak dari 2,2% menjadi sekitar 2,8-2,9%,” kata Mirza.

Adjustment di pasar berdampak pada kurs hampir di seluruh dunia. Kurs kemudian melemah terhadap dolar. Jadi, dolar melemah di Januari, Februari menguat,” ujarnya.

Data bank sentral menunjukkan rupiah telah melemah hingga 1,76% month-to-date hingga tanggal 9 Februari. Di lain pihak, mata uang negara-negara lain juga melemah.

Untuk periode yang sama, mata uang Rusia melemah 3,8%, Turki melemah 1,8%, Brasil terdepresiasi 3,4%, sementara Singapura dan Korea Selatan juga melemah masing-masing 1,3% dan 1,4%.

BI mengadakan fasilitas swap mata uang di pasar untuk mengurangi risiko akibat penguatan dolar.
(prm/prm) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular