IHSG Melemah, Tak Kuasa Melawan Sentimen Negatif dari Global

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji & Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
09 February 2018 08:44
Sentimen positif dan negatif pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bertempur untuk saling mengalahkan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka terkoreksi 0,82% ke level 6.491,28 poin, sejalan dengan pasar saham regional dan global. Sentimen positif dan negatif pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bertempur untuk saling mengalahkan.

Setengah jam sebelum bursa saham domestik dibuka, bursa utama asia pada perdagangan pagi ini mayoritas terkoreksi. Indeks Nikkei anjlok 2,38%, indeks Hang Seng turun 2,54%, indeks Shanghai turun 1,43%, indeks Kospin turun 1,59% dan indeks Strait Times turun 1,69%.

Pada penutupan perdagangan di bursa saham Amerika Serikat, Wall Street, dini hari tadi, indeks Dow Jones babak belur dengan pelemahan mencapai 4,15% menjadi 23.860,46 poin. Sementara S&P 500 turun tajam 3,75% menjadi 2.581,08 dan Nasdaq berkurang 3,9% ke 6.777,16.
 
Secara YTD, Dow Jones sudah minus 3,47%. Kemudian S&P juga negatif 3,47% dan Nasdaq pun melemah 1,41%.

Secara fundamental, data ekonomi AS yang cenderung positif ternyata menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi data-data tersebut menjadi sentimen positif karena merupakan pertanda pemulihan ekonomi di Negara Adidaya. Namun di sisi lain, menjadi konfirmasi bahwa suku bunga harus sudah dinaikkan bahkan mungkin lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan.

Pada perdagangan hari ini, sentimen dari Wall Street dan bursa utama Asia akan sangat mewarnai pasar saham Indonesia. Investor akan cenderung bersikap mencari selamat sendiri dan melepas aset-aset yang dinilai berisiko. Pasar saham sepertinya akan tertekan lagi karena aura negatif dari New York tersebut.
 
Harga minyak juga belum bisa diharapkan untuk menopang penguatan IHSG. Meneruskan tren dalam beberapa terakhir, harga si emas hitam masih terkoreksi dalam.
 
Penyebabnya adalah melimpahnya pasokan minyak di AS. Saat ini, ekspor minyak AS ke berbagai negara mencapai 1,5-2 juta barel/hari dan diperkirakan meningkat ke 4 juta barel/hari pada 2022.
 
Tidak hanya harga minyak, harga batu bara pun anjlok sampai 11%. Sepertinya kinerja emiten migas dan pertambangan justru akan menjadi pemberat IHSG, bukan pendorong.
 
Meski begitu, masih ada perkembangan positif yang bisa saja menyelamatkan IHSG yaitu dinaikannya peringkat surat utang Indonesia oleh Japan Credit Rating Agency (JCR). Peringkat surat utang jangka panjang dalam denominasi mata uang asing dinaikkan satu tingkat menjadi BBB, dari yang sebelumnya BBB-, sementara peringkat surat utang jangka panjang denominasi rupiah juga dinaikkan satu tingkat menjadi BBB+ dari yang sebelumnya BBB.
 
Reformasi struktural yang dilakukan Presiden Joko Widodo dianggap sudah memberikan hasil nyata bagi perekonomian Indonesia, seperti membaiknya iklim investasi, pesatnya pembangunan infrastruktur, serta berkurangnya utang luar negeri sektor swasta.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular