
Ini Alasan Bank Asal Korsel Minati Bank di Indonesia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 February 2018 21:30

Namun tetap saja, bagi sebuah bisnis yang mengandalkan pertumbuhan penjualan (dalam hal ini kredit) untuk dapat terus meningkatkan nilai tambah bagi para pemegang sahamnya, pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara berkembang seperti Indonesia menjadi daya tarik yang tak terkalahkan. Terlebih, Indonesia saat ini belum mencapai potensi terbaiknya yakni pertumbuhan ekonomi yang diprediksi bisa menembus angka 6%.
Selain mengandalkan penyaluran kredit, profitabilitas sebuah bank akan sangat ditentukan oleh net interest margin (NIM) yang perhitungannya di dapat dari hasil pengurangan antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana pihak ketiga (DPK); semakin besar NIM, maka akan semakin besar pula keuntungan yang diraup oleh bank.
Permasalahannya, NIM di Korea Selatan terbilang sangat tipis jika dibandingkan dengan Indonesia. Pada kuartal 1, NIM perbankan disana tercatat hanya sebesar 1,58%, sementara NIM di Indonesia mencapai 5,31% (per November 2017). Walaupun turun dari posisi akhir 2016 yang sebesar 5,63%, nilainya masih 3 kali lipat jika dibandingkan dengan Korea Selatan.
Rendahnya NIM tidak lepas dari rendahnya suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral. Posisi terakhir, suku bunga acuan Korea Selatan ditetapkan di level 1,5%, jauh dibawah Indonesia yang sebesar 4,25%.
Akibat dari rendahnya suku bunga acuan, bank-bank di Korea pun menetapkan suku bunga kredit yang rendah. Namun di sisi lain, mereka memiliki keterbatasan dalam memotong suku bunga simpanan. Ada kekhawatiran nasabah akan memindahkan dananya ke tempat lain jika bank memotong suku bunga simpanan. Menipisnya NIM pun menjadi tak terhindarkan.
(roy/roy)
![]() |
Selain mengandalkan penyaluran kredit, profitabilitas sebuah bank akan sangat ditentukan oleh net interest margin (NIM) yang perhitungannya di dapat dari hasil pengurangan antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana pihak ketiga (DPK); semakin besar NIM, maka akan semakin besar pula keuntungan yang diraup oleh bank.
Permasalahannya, NIM di Korea Selatan terbilang sangat tipis jika dibandingkan dengan Indonesia. Pada kuartal 1, NIM perbankan disana tercatat hanya sebesar 1,58%, sementara NIM di Indonesia mencapai 5,31% (per November 2017). Walaupun turun dari posisi akhir 2016 yang sebesar 5,63%, nilainya masih 3 kali lipat jika dibandingkan dengan Korea Selatan.
Rendahnya NIM tidak lepas dari rendahnya suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral. Posisi terakhir, suku bunga acuan Korea Selatan ditetapkan di level 1,5%, jauh dibawah Indonesia yang sebesar 4,25%.
Pages
Most Popular