Alasan Ilmiah Kenapa Orang Dewasa Tergila-Gila dengan Labubu
Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang akhir tahun, tren hadiah Natal dan tahun baru di kalangan Gen Z justru mengarah ke satu hal yang tak terduga, yaitu boneka dan mainan empuk (plush toys). Tahun 2025 menjadi bukti mainan tak lagi khusus untuk anak-anak, seiring semakin banyak anak muda memamerkan koleksi boneka mereka di media sosial sebagai simbol nostalgia, kenyamanan emosional, dan pencarian komunitas.
Fenomena ini dipicu oleh kegilaan global terhadap boneka Labubu produksi perusahaan China Pop Mart, serta mainan empuk Jellycat asal Inggris. Di TikTok, jutaan video Gen Z memperlihatkan "Labubu wall", rak khusus koleksi Jellycat, hingga tips berburu boneka autentik.
"Ini tahun terbesar sepanjang sejarah untuk pembelian mainan oleh orang dewasa," ujar Direktur Eksekutif Divisi Mainan perusahaan riset konsumen global Circana, Melissa Symonds dikutip dari laman CNBC Make It, Selasa (30/12/2025). "Memang orang dewasa selalu membeli mainan, tapi sekarang Gen Z menjadi pendorong utama lonjakan pertumbuhan ini," ujarnya menambahkan.
Data Circana menunjukkan, 43% orang dewasa Inggris membeli mainan untuk diri sendiri atau sesama orang dewasa tahun ini. Angka itu melonjak menjadi 76% untuk konsumen Gen Z usia 18-34 tahun.
Dalam kategori mainan dewasa, plush toys kini menempati peringkat keempat terpopuler, di bawah gim & puzzle, LEGO, dan action figure. Tren serupa juga terlihat di Amerika Serikat, di mana penjualan mainan berlisensi untuk konsumen usia 18 tahun ke atas melonjak 18% pada paruh pertama 2025.
Ledakan tren ini membawa dampak besar ke kinerja perusahaan. Pop Mart membukukan lonjakan laba bersih hampir 400% pada semester pertama 2025, sementara pendapatannya melonjak 204,4% secara tahunan menjadi 13,88 miliar yuan atau sekitar US$1,93 miliar. Pada 2024 saja, penjualan Labubu menyumbang sekitar US$423 juta dari pendapatan global perusahaan.
Foto: CEO Pop Mart, Wang Ning. (Dok. Popmart) |
Sementara itu, Jellycat mencatat pendapatan naik 66% menjadi £333 juta pada 2024, dari £200 juta tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak mereka bahkan lebih dari dua kali lipat menjadi £139 juta.
"Kami melihat respons luar biasa lintas generasi terhadap karakter baru kami," kata CEO Jellycat Arnaud Meysselle. "Banyak orang dewasa menemukan Jellycat untuk pertama kalinya lewat pengalaman pop-up kami di Beijing, Seoul, dan Los Angeles," katanya lagi.
'Peter Pan Effect' dan Doom Spending
Menurut Symonds, fenomena ini berkaitan dengan apa yang disebut "joy economy" dan "Peter Pan effect,"kondisi psikologis di mana orang dewasa tak mau menjadi dewasa sepenuhnya demi mempertahankan rasa bahagia masa kecil.
"Hampir ada ironi bahwa ketika Anda masih kecil, Anda tidak sabar untuk tumbuh dewasa, tetapi kemudian ketika Anda dewasa, Anda menyadari menjadi anak-anak adalah masa terbaik dalam hidup Anda," kata Symonds.
Gen Z merasa masa depan finansial mereka terhambat karena tekanan ekonomi global, konflik geopolitik, perang Ukraina dan Gaza, inflasi tinggi, serta mahalnya biaya hidup membuat banyak. Selain itu, membeli rumah, menikah, dan memiliki anak terasa makin jauh.
Akibatnya, muncul fenomena doom spending, dimana Gen Z menghabiskan uang untuk kesenangan kecil seperti liburan, barang mewah, hingga mainan mahal, karena mereka merasa target hidup besar makin sulit dicapai.
"Banyak dari mereka menunda punya anak, jadi punya disposable income lebih lama dan memilih membelanjakannya untuk kebahagiaan pribadi," jelas Symonds.
Koleksi Boneka karena Kesepian
Foto: Patung Labubu dipajang di pameran sebelum Lelang Internasional Yongle di Beijing, Cina, 6 Juni 2025. (REUTERS/Tingshu Wang) |
Selain tekanan ekonomi, perasaan kesepian juga mendorong tren ini. Survei Hinge terhadap 2.000 Gen Z Inggris menunjukkan 85% mengalami rasa kesepian. Lebih dari separuh Gen Z yang berpenghasilan rendah bahkan mengalami kesepian berat.
Jellycat memanfaatkan kondisi ini dengan membangun komunitas digital sejak 2022 lewat Instagram dan TikTok yang kini memiliki lebih dari 2 juta pengikut, serta menghadirkan berbagai pop-up experience dari London, Paris, New York hingga Seoul. Di acara Jellycat Space Experience di Seoul November lalu, sekitar 80% pengunjung berusia 20-30 tahun.
"Jellycat kini jadi merek mainan dengan penjualan tercepat di Selfridges," ujar pembeli mainan Selfridges Joe Evans. "Dalam dua tahun terakhir, ada lonjakan drastis Gen Z dan milenial yang ingin merasa menjadi bagian dari komunitas lewat koleksi mainan," imbuhnya.
(hsy/hsy)[Gambas:Video CNBC]
Foto: CEO Pop Mart, Wang Ning. (Dok. Popmart)
Foto: Patung Labubu dipajang di pameran sebelum Lelang Internasional Yongle di Beijing, Cina, 6 Juni 2025. (REUTERS/Tingshu Wang)