Pakar: Ini Kesalahan Besar Orang Tua Hambat Kecerdasan Emosional Anak

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Minggu, 21/12/2025 18:40 WIB
Foto: Ilustrasi anak sedih (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia — Saat anak tantrum, atau meluapkan amarah besarnya dengan berteriak kencang dan menangis kerap membuat orang tua frustasi.

Alih-alih menenangkannya sambil memeluk erat dan menanyakan penyebab amarahnya, orang tua seringkali marah balik dengan suara yang lebih keras hingga mempermalukan anak itu sendiri, bahkan di depan orang banyak.

Tapi, tahukah anda? penanganan tantrum pada anak seperti itu malah bisa menghambat kecerdasan emosional anak.


Pakar pengasuhan anak bersertifikat Reem Raouda menjelaskan, berfokus hanya pada perilaku marah anak, termasuk perilaku buruk, daripada menyelidiki dan memvalidasi emosi mereka adalah kesalahan pengasuhan yang menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan kecerdasan emosional.

"Berhentilah fokus pada perilaku mereka dan mulailah fokus pada emosi mereka," ucap Reem dalam CNBC Make It, dikutip Minggu (21/12/2025).

"Anak-anak bukanlah robot, dan emosi mereka benar-benar tidak boleh diabaikan, atau malah dihukum," ucap Reem.

Reem menegaskan, kecerdasan emosional dengan kesuksesan seorang anak di masa depan sangat berkaitan. Alasannya, kecerdasan emosional dapat membantu seorang anak mengelola emosi negatif supaya tidak berakhir pada kecemasan hingga depresiasi yang tak mampu ia tangani sendiri nantinya.

"Kesejahteraan emosional Anda adalah kesuksesan Anda," kata Reem Rouda, sambil menambahkan bahwa orang tua yang mengabaikan perkembangan emosional anak-anak mereka cenderung tidak membesarkan orang dewasa yang bahagia dan sukses.

"Siapa yang peduli dengan berapa banyak uang yang Anda miliki, jika Anda dipenuhi kecemasan, depresi, dan tidak tahu siapa Anda?" tegasnya.

Reem mengakui, orang tua memang perlu menegakkan batasan pada ledakan amarah anak, atau yang bahkan bisa memicu perilaku buruknya terhadap orang lain.

Namun, Reem menekankan, menegakkan batasan itu harus dilakukan dengan cara memvalidasi sisi positif ataupun negatif dari pemicu amarahnya.

Marah, kata dia, harus diberitahukan kepada anak adalah hal yang normal, dan itu sehat sebagai bentuk ekspresi konstruktif dengan catatan disalurkan dengan bentuk yang tidak menimbulkan perilaku negatif.

Untuk memberikan batasan amarah pada anak, Reem mengungkapkan, para orang tua dapat lebih dulu bertanya kepada anak apa yang mereka rasakan hingga bertindak marah, melanggar aturan, atau melewati batas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Membantu anak-anak menceritakan emosi mereka adalah langkah pertama menuju pengembangan kemampuan untuk mengelola emosi tersebut.

Beberapa ahli lain setuju: Anak-anak yang merasa didengar dan tidak dipermalukan karena perasaan mereka biasanya menjadi lebih terbuka untuk menghindari perilaku negatif, menurut psikolog Caroline Fleck.

"Intinya adalah untuk memvalidasi emosi dan kemudian fokus pada apa yang tidak valid, yaitu perilaku yang perlu diubah," kata Fleck kepada CNBC Make It pada Januari.

Orang tua yang terlalu menekankan kepatuhan, yang dapat menindas perasaan anak berisiko membesarkan orang-orang yang tidak dapat mengadvokasi diri mereka sendiri dan lebih mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang cemas dan tidak bahagia, kata Reem Raouda.

Seorang ibu bahkan menurutnya perlu berlatih memahami dan menjelaskan emosi anak, walaupun si anak terlalu muda untuk mengartikulasikan bagaimana perasaannya sendiri.

Itu bisa dilakukan dengan menanyakan apakah dia marah atau frustrasi dan, jika demikian, membuatnya memeringkat tingkat keparahan perasaannya pada skala 1 hingga 10..

Dan ketika orang tua merasa emosional sendiri, mereka dapat memberi tahu anak-anak mereka secara langsung: Saya kesal, atau saya sedih. Idenya adalah untuk menunjukkan kepada anak-anak Anda bahwa Anda tidak perlu menekan perasaan negatif itu, ucap Reem Raouda.

"Menamainya menghilangkan stigma [negatif]," katanya. "Hanya saja, seperti, 'Ya, saya marah, saya malu, saya sedih, saya gugup' ... Perasaan itu normal, sehat, dan baik-baik saja."


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Layanan Canggih Klinik Kecantikan Bersaing di Era Ekonomi Baru