Dokter Kaget, Remaja 14 Tahun Sel Telurnya seperti Wanita 40 Tahun

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Rabu, 03/12/2025 19:40 WIB
Foto: Ilustrasi rahim. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir semua perempuan di usia subur pernah mengalami nyeri haid. Meski umum terjadi, nyeri haid tak boleh diabaikan karena dapat berujung pada endometriosis.

Kasus endometriosis pada remaja putri dilaporkan meningkat dan muncul di usia yang makin muda. Seorang dokter kandungan di Amerika Serikat, dr Thais Aliabadi mengungkap, gadis usia 14 tahun kini sudah menunjukkan gejala serius, bahkan memiliki cadangan sel telur setara perempuan berusia 40 tahun.

Ia menekankan pentingnya skrining dini agar masalah ini tidak berkembang menjadi komplikasi berat. Dalam wawancaranya di podcast bersama dr Andrew Huberman, dr Aliabadi menegaskan anggapan perempuan usia 20-an pasti dalam kondisi aman sudah tidak lagi sesuai kenyataan.

"Saya punya pasien 14 tahun dengan endometriosis dan jumlah sel telurnya seperti perempuan usia 40 tahun. Saya tidak bisa bilang kalau Anda di usia 20-an pasti baik-baik saja. Itu sudah tidak benar," ujarnya dalam kutipan video di Instagram, dikutip dari Hindustan Times, Rabu (3/12/2025).

Menurut dr Aliabadi, keuntungan melakukan deteksi dini jauh lebih besar dibanding menunggu gejala semakin parah. Ia mendorong seluruh remaja putri untuk melakukan skrining endometriosis, PCOS, dan tes cadangan sel telur.


Pemeriksaan AMH (anti-mullerian hormone), yang menggambarkan jumlah sel telur, dapat dilakukan lewat tes darah sederhana. Ia mencontohkan nyeri haid ekstrem pada remaja tidak boleh diabaikan.

Dalam beberapa kasus, ia bahkan membantu remaja usia 16 tahun melakukan pembekuan sel telur karena cadangan sel telur yang menurun cepat.

Apa Itu Endometriosis?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), endometriosis adalah kondisi kronis ketika jaringan mirip endometrium, yang seharusnya berada di dalam rahim, tumbuh di luar rahim. Pertumbuhan ini memicu peradangan, nyeri hebat, dan pembentukan jaringan parut.

Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan endometriosis, namun gejalanya dapat dikendalikan melalui pengobatan. Penyakit ini memiliki dampak luas pada penderitanya antara lain memicu nyeri menstruasi parah, kelelahan, depresi, perdarahan berlebih, hingga kesulitan hamil.

WHO memperkirakan endometriosis mempengaruhi sekitar 10% perempuan usia reproduktif di seluruh dunia. Perawatan biasanya mencakup obat pereda nyeri, terapi hormon, hingga tindakan bedah pada kasus berat.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sambut Musim Natal, Nelayan Huanchaco 'Cosplay' Santa Claus