Alasan Indonesia Jadi Sasaran Utama Penipuan Bermodus Loker

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Kamis, 27/11/2025 17:10 WIB
Foto: / Ilham
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mencatat jumlah iklan lowongan kerja terindikasi penipuan paling tinggi di Asia Pasifik. Data internal Jobstreet by SEEK menunjukkan, dari seluruh negara dalam ekosistem platform tersebut, Indonesia menjadi pasar dengan temuan iklan bermasalah terbanyak, bahkan dua kali lipat lebih tinggi dibanding Filipina yang berada di posisi kedua.

Fenomena ini terjadi di tengah kondisi pasar kerja yang semakin ketat dan tingkat pengangguran yang masih tinggi. Per Oktober 2025, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,5-7,6 juta orang, atau sekitar 4,8 persen dari total tenaga kerja nasional. Tekanan ekonomi membuat masyarakat lebih agresif mencari kerja, dan celah inilah yang dimanfaatkan penipu.

"Semakin tinggi tekanan ekonomi dan pengangguran, semakin besar peluang penipu masuk. Desperate job seekers itu yang paling mudah terjebak modus penawaran kerja palsu," ujar Operations Director Jobstreet by SEEK, Willem Najoan, kepada CNBC Indonesia pada Kamis (27/11/2025).

Modus Penipuan Bergeser & Semakin Rapi

Jobstreet menemukan tren, pelaku penipuan tidak lagi hanya menyasar pekerjaan tertentu, tetapi memanfaatkan kanal sehari-hari, terutama WhatsApp dan media sosial. Alhasil, banyak pencari kerja menyerahkan CV, KTP, hingga data pribadi lain tanpa sadar risiko kebocoran.

Modus "diterima tanpa proses" juga makin marak. Pelaku langsung menyatakan kandidat lolos, namun meminta biaya administrasi, seragam, atau ID card yang harus dibayar hari itu juga. Urgency inilah yang membuat korban terjebak.


Data resmi Bareskrim Polri mencatat ada sebanyak 823 korban penipuan lowongan kerja pada 2022-2024. Total kerugiannya mencapai Rp 59 miliar dan sebanyak 3.239 WNI teridentifikasi dalam operasi scam online di Asia Tenggara. 1.132 WNI menjadi korban TPPO terkait penawaran kerja palsu (2024).

"Angka tersebut itu sepertinya hanya puncak gunung es karena banyak korban yang tidak melapor juga," kata Willem.

Kenapa Indonesia bisa jadi hotspot penipuan loker? Menurut analisis Jobstreet, ada tiga faktor utama:

1. Entry barrier pekerjaan yang rendah

Pekerjaan seperti admin, office support, retail, dan operator pabrik menjadi target empuk karena tidak membutuhkan keahlian khusus. Jumlah pelamarnya besar, sehingga peluang korban lebih tinggi.

2. Penggunaan media sosial sebagai kanal rekrutmen

Banyak perusahaan kecil memasang loker di WhatsApp atau Instagram tanpa standar keamanan. Pelaku memanfaatkan kebiasaan masyarakat menyerahkan data pribadi dengan mudah.

3. Tekanan ekonomi dan urgensi palsu

"Modus utama mereka adalah urgensi. Harus bayar hari ini, harus daftar sekarang, atau lowongannya hilang," kata Willem. Pelamar yang terdesak finansial lebih mudah tergoda.

Dalam hal ini jobstreet berupaya mengurangi fraud. Pada periode Juli 2024 hingga Juni 2025, Jobstreet menolak 3.600 rekrut perusahaan yang gagal verifikasi, 650 akun yang ditutup karena risiko penipuan dan 2.800 lowongan yang dihapus setelah investigasi.

"Dari total 4,3 juta iklan loker yang masuk tahun itu, semuanya dipindai 100 persen," kata Willem.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Omzet Miliar Bisnis Kosmetik Natural & Mewah Made In Indonesia