5 Ciri Penipuan Berkedok Lowongan Kerja, Ribuan WNI Jadi Korban
Jakarta, CNBC Indonesia - Modus penipuan berkedok lowongan kerja makin marak memanfaatkan ruang digital. Dalam forum nasional "St@y Safe in Digital Space: Behind the Screen- Trafficking Is Closer Than You Think" yang digelar United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) bersama lembaga PBB lain di Jakarta belum lama ini, praktik ini disorot sebagai salah satu pintu masuk perdagangan orang lintas negara.
Menurut data PBB, sedikitnya 120 ribu orang di Myanmar dan 100 ribu di Kamboja dipaksa bekerja di operasi scam online. Kasus di Asia Tenggara melonjak 4,7 kali lipat dalam setahun, dan kini korban datang dari 66 negara, termasuk ribuan WNI.
National Programme Officer for Human Trafficking and Migrant Smuggling UNODC, Abie Sancaya menjelaskan, teknologi kini memfasilitasi seluruh rantai kejahatan, mulai dari perekrutan, pembujukan, hingga pengendalian korban.
"Melindungi masyarakat menuntut kolaborasi lintas sektor. Ekosistem digital yang aman adalah garda depan pencegahan," ujarnya dalam keterangan pers pada Selasa (11/11/2025).
Beberapa pola penipuan yang diidentifikasi meliputi:
1. Tawaran kerja paruh waktu lewat WhatsApp atau Telegram, dengan iming-iming komisi kecil sebelum korban diminta deposit yang tak dikembalikan.
2. Permintaan biaya pelatihan atau peralatan kerja di awal proses rekrutmen.
3. Perpindahan komunikasi ke luar kanal resmi, biasanya diarahkan ke grup chat pribadi.
4. Pengumpulan data pribadi seperti nomor rekening atau identitas resmi di tahap awal.
5. Lowongan kerja di luar negeri berjanji gaji tinggi namun memakai visa turis dan berujung eksploitasi.
UNODC menekankan pentingnya pola perekrutan terstruktur di platform resmi agar tahapan seleksi dan komunikasi bisa diverifikasi serta diaudit. Sistem ini mempersempit ruang gerak penipu yang sering memanfaatkan kanal tak terverifikasi seperti media sosial.
Sebagai bagian dari forum tersebut, Jobstreet by SEEK menegaskan perannya dalam menjaga keamanan digital bagi pencari kerja. Head of Country Marketing Indonesia Jobstreet by SEEK, Sawitri mengatakan, keamanan dan integritas platform menjadi prioritas utama.
"Salah satu modus yang kian marak menjerat korban adalah penipuan lowongan kerja. Karena itu, SEEK menempatkan keamanan platform sebagai prioritas dengan deteksi dini berbasis AI, verifikasi dokumen legal perusahaan, serta edukasi bagi pencari kerja," kata Sawitri.
Lewat Gerakan #NextMillionJobs yang dimulai 2024, Jobstreet juga mendorong perusahaan beralih ke perekrutan terstruktur dan menyediakan opsi pasang iklan gratis di platform resmi sebagai langkah melawan job scam.
Jobstreet menyarankan pelapor segera menekan tombol "Laporkan iklan lowongan" pada halaman iklan mencurigakan jika menemukan indikasi penipuan.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]