Ahli Ungkap 6 Kalimat "Ajaib" yang Bikin Anak Nurut Orang Tua

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Selasa, 25/11/2025 11:35 WIB
Foto: Ilustrasi Anak-Anak
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang tua ingin anaknya menurut ketika diberi arahan. Tapi menurut para ahli, fokus pada kepatuhan secara instan malah sering membuat anak makin sulit mendengar.

Hal yang lebih penting adalah membangun rasa aman secara emosional, sehingga anak merasa dihargai dan didengarkan. Hal itu disampaikan Reem Raouda, pakar parenting yang telah mempelajari lebih dari 200 relasi orang tua dan anak.

Ia menekankan, anak baru bisa bekerja sama ketika mereka merasa terhubung, dan hal itu dimulai dari cara orang tua merespons emosi mereka. Melansir CNBC Make It, dalam penelitian Raoida, ada enam kalimat sederhana yang dapat menenangkan sistem saraf anak dan membuat mereka lebih siap diajak bekerja sama.


Tapi, Raouda menegaskan, enam kalimat ini tidak akan efektif kalau orang tua masih memberi ancaman. Namun ketika orang tua konsisten menjaga martabat anak, memberi rasa aman, dan tetap tegas pada batasan, kerja sama akan muncul dengan sendirinya.

1. "Ayah/ibu percaya kamu."

Ketika anak merasa diragukan, mereka otomatis defensif. Kalimat ini meredakan rasa malu dan membuat mereka merasa aman, sehingga lebih mau mendengar penjelasan orang tua.

Contoh:

Anak: "Aku nggak sengaja tumpahin jusnya!"

Orang tua: "Iya, Ibu percaya. Yuk, kita bersihin bareng."

2. "Ayo kita cari solusinya sama-sama."

Nada yang menggurui sering memicu perlawanan. Mengajak anak menyelesaikan masalah membuat mereka merasa dilibatkan dan lebih mau mengikuti kesepakatan.

Contoh: Anak menolak bereskan mainan.

Orang tua: "Kayaknya kamu belum mau bereskan semuanya sekarang. Ayo kita pikir bareng, langkah pertama apa?"

3. "Nggak apa-apa kamu ngerasain ini. Ibu/Ayah di sini kok."

Saat anak sedang emosi, logika tidak akan masuk. Mereka butuh di-grounding dulu agar sistem sarafnya tenang. Kalimat ini menunjukkan emosi mereka valid, dan orang tua hadir untuk menemani.

Contoh: Menara balok roboh dan anak menangis.

Daripada "Udah, jangan nangis," ganti dengan:

"Kamu boleh sedih. Ibu di sini, ya."

4. "Ibu/Ayah lagi dengerin. Ceritain apa yang terjadi."

Anak baru bisa mendengarkan ketika mereka merasa didengarkan lebih dulu. Pendekatan ini membantu mengungkap masalah sebenarnya di balik kemarahan atau sikap menolak.

Contoh:

Anak: "Aku nggak mau main sama kakak lagi!"

Orang tua: "Ibu dengerin. Coba ceritain."

5. "Ibu/Ayah dengar. Ibu di pihak kamu."

Banyak ledakan emosi terjadi karena anak merasa sendirian. Dengan memastikan orang tua adalah teman, rasa defensif anak turun dan mereka lebih siap mencari solusi bersama.

Contoh:

Anak: "PR ini nyebelin, aku nggak mau!"

Orang tua: "Ibu ngerti. Ibu di pihak kamu. Yuk, cari cara biar lebih gampang."

6. "Apa pun yang terjadi, Ibu/Ayah ada buat kamu."

Kesalahan sering menimbulkan rasa bersalah dan malu. Kalimat ini membantu anak memahami bahwa cinta orang tua tidak bergantung pada prestasi atau kesempurnaan.

Contoh: Anak menangis karena tanpa sengaja merusak barang temannya.

Orang tua: "Nggak apa-apa. Ibu ada buat kamu. Kita perbaiki bareng, ya."


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pameran Otomotif GJAW Digelar, Diikuti 80 Merk Global