Banyak Bayi Meninggal karena Pneumonia, Kenali Gejalanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan salah satu penyebab utama pneumonia dan bronkiolitis pada bayi di seluruh dunia. Infeksi ini juga menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada bayi di bawah usia satu tahun.
Di Indonesia, hingga 60% kasus infeksi saluran napas pada anak disebabkan oleh RSV terutama pada bayi prematur dan bayi dengan risiko tinggi seperti gangguan jantung bawaan atau penyakit paru kronik. Adapun angka kelahiran bayi prematur di Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia dengan sekitar 657.700 bayi prematur per tahun, atau sekitar 15,5 per 100 kelahiran hidup.
Konsultan Respirologi Anak sekaligus Dokter Spesialis Anak, Prof. Cissy Rachiana Sudjana Prawira, dr., Sp.A(K), MSc, Ph.D., mengatakan bahwa virus ini sangat rentan menyerang anak-anak yang berusia di bawah dua tahun dan bayi prematur.
"RSV adalah salah satu penyebab utama pneumonia dan bronkiolitis yang menginfeksi saluran pernapasan. Infeksi ini berbahaya bagi bayi terutama bayi prematur jika tidak segera ditangani," kata Prof. Cissy saat acara AstraZeneca "Pentingnya Kesadaran Orang Tua akan RSV pada Bayi Berisiko Tinggi untuk Kesehatan yang Lebih Baik dan Kualitas Hidup Jangka Panjang" di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2025).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa infeksi RSV pada bayi bukanlah masalah ringan yang bisa diabaikan begitu saja. Penyakit ini dapat memberikan dampak jangka panjang pada sistem pernapasan bayi, seperti gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, dan gangguan tumbuh kembang, sehingga membutuhkan penanganan dan perawatan khusus.
Gejala RSV pada bayi
- Gejala RSV serupa dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas akibat infeksi virus lain, seperti influenza (flu) dan COVID-19, berupa hidung meler (pilek), batuk, bersin, demam, hilang nafsu makan, dan mengi.
- Pada bayi usia muda, mungkin hanya ada anak rewel, aktivitas berkurang, dan gangguan pernafasan.
- Umumnya timbul sekitar 4-6 hari setelah terinfeksi RSV.
- Anak yang sakit RSV dapat menularkan penyakit untuk 3-8 hari, dan umumnya sembuh setelah 1-2 minggu. Namun pada penderita gangguan imunologi dapat menyebarkan virus sampai 4 minggu, bahkan mungkin lebih lama.
- Di negara 4 musim seperti Amerika, RSV menyebar saat musim gugur dan musim dingin, sementara di negara tropis sirkulasi virus bisa sepanjang tahun dan sedikit meningkat saat musim hujan.
Karena gejala RSV serupa dengan flu atau COVID-19, hanya bisa dibedakan dengan pemeriksaan laboratorium (apus hidung).
Bayi yang berisiko tinggi terpapar RSV
Kelompok risiko tinggi untuk sakit berat infeksi RSV diantaranya:
- Bayi prematur dan bayi usia di bawah 6 bulan
- Anak dengan kelainan paru paru kronis seperti BPD (brocho-pulmonary dysplasia)
- Anak dengan penyakit jantung bawaan
- Anak-anak atau orang dewasa yang mengidap penyakit kanker.
- Menjalani pengobatan penyakit kronis, seperti kemoterapi.
- Anak-anak dengan riwayat gangguan neuromuskuler.
Pengobatan RSV
Jika gejala terbilang cukup ringan, maka dapat diberikan pengobatan untuk membuat kondisi kesehatan membaik (suportif), seperti:
- Mengonsumsi obat-obatan untuk meringankan gejala seperti obat demam
- Mengonsumsi banyak cairan untuk tubuh
- Tidak merokok atau terpapar asap rokok
- Mengonsumsi makanan sehat
- Memperbanyak istirahat
Rawat inap dibutuhkan jika infeksi RSV cukup berat dan anak mengalami kesulitan bernapas atau dehidrasi.
Perawatan di rumah sakit mencakup, cairan infus, oksigen tambahan, alat bantu napas atau ventilator jika diperlukan.
(hsy/hsy)