10 Jurusan Kuliah yang Tak Lagi Menguntungkan, Kata Ahli Harvard

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Selasa, 14/10/2025 11:20 WIB
Foto: / Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak semua gelar sarjana menjamin masa depan cerah. Riset terbaru dari ekonom Harvard menunjukkan sejumlah jurusan yang dulu dianggap bergengsi kini mulai kehilangan nilai ekonominya di pasar kerja modern.

Peneliti Harvard, David J. Deming dan Kadeem Noray menemukan, keuntungan dari jurusan-jurusan terapan seperti bisnis, teknik, dan ilmu komputer menurun lebih cepat dibandingkan dekade lalu. Dalam studi mereka yang dimuat di The Quarterly Journal of Economics, disebutkan bahwa nilai gelar menurun seiring cepatnya perubahan keterampilan yang dibutuhkan industri.

Riset ini menunjukkan fenomena yang disebut degree fatigue atau kelelahan nilai gelar. Artinya, gelar akademik yang dulunya jadi tolok ukur kesuksesan kini tak lagi cukup menghadapi disrupsi teknologi dan otomatisasi.


Bahkan lulusan dari sekolah bisnis ternama seperti Harvard Business School mulai kesulitan mendapat posisi tinggi dengan gaji besar. Laporan awal 2025 dari Ivy League Career Centers menyebut gelar MBA tak lagi menjamin jabatan bergengsi seperti satu dekade lalu.

Tak hanya ilmu terapan, bidang humaniora juga terus mengalami penurunan minat. Data dari The Harvard Crimsonmenunjukkan jumlah mahasiswa jurusan humaniora menurun drastis sejak 2013. Sebagian besar mahasiswa kini beralih ke program yang lebih berorientasi karier seperti STEM dan data science.

Perubahan ini sejalan dengan temuan Harvard pada 2022 yang mencatat perusahaan kini lebih mencari keterampilan spesifik dibandingkan hanya melihat ijazah formal. Skill seperti analisis data, kecakapan digital, dan kemampuan adaptasi kini lebih dihargai dibanding gelar tradisional.

Berikut daftar sepuluh jurusan yang nilai ekonominya menurun menurut laporan Harvard dan riset pasar 2025, dilansir India Today:

  1. Administrasi Bisnis (termasuk MBA) - Pasar kerja jenuh, preferensi rekrutmen berubah.
  2. Ilmu Komputer - Gaji awal tinggi, tapi cepat usang tanpa pembaruan skill.
  3. Teknik Mesin - Terdampak otomatisasi dan produksi luar negeri.
  4. Akuntansi - Banyak fungsi digantikan AI dan software otomatis.
  5. Biokimia - Terbatas di bidang akademik, peluang industri sempit.
  6. Psikologi (S1) - Karier terbatas tanpa lanjut ke S2 atau S3.
  7. Bahasa Inggris & Humaniora - Peminat turun, prospek kerja tidak jelas.
  8. Sosiologi & Ilmu Sosial - Tak banyak selaras dengan kebutuhan industri.
  9. Sejarah - Kenaikan gaji di tengah karier tergolong rendah.
  10. Filsafat - Keterampilan berpikir kritis tinggi, tapi sulit dipasarkan langsung.

Menurut laporan Student Choice 2025, jurusan yang masih punya tingkat pengembalian tinggi antara lain teknik, ilmu komputer, dan keperawatan. Namun, kunci sukses di masa depan bukan sekadar jurusan, melainkan kemampuan beradaptasi dan berpikir kreatif.

Para peneliti Harvard menegaskan, masa depan pendidikan bukan tentang gelar tunggal, melainkan pembelajaran berkelanjutan. Mahasiswa yang bisa menggabungkan keahlian teknis, empati, dan kreativitas akan lebih tahan terhadap perubahan pasar kerja.

"Gelar sarjana tidak mati," tulis laporan itu. "Namun definisi nilainya berubah. Yang akan bertahan adalah mereka yang menganggap pendidikan sebagai perjalanan panjang, bukan sekadar sertifikat."


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Clean Beauty, AI dan Masa Depan Industri Kecantikan Indonesia