Catat! Panduan Terbaru Ahli Soal Makanan Ultra-Proses Sehat dan Tidak
Jakarta, CNBC Indonesia - American Heart Association (AHA) merilis panduan terbaru mengenai konsumsi makanan ultra-proses (ultra processed foods/UPFs) pada Agustus lalu. Rilis ini datang hanya beberapa hari sebelum laporan kedua Make America Healthy Again (MAHA) Commission yang dipimpin Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Robert F. Kennedy Jr.
Laporan pertama MAHA pada Mei lalu menyoroti bagaimana makanan ultra-proses berkontribusi terhadap meningkatnya penyakit kronis pada anak. Dalam pernyataan ilmiahnya di jurnal Circulation, AHA menegaskan, mayoritas makanan ultra-proses berdampak buruk bagi kesehatan jantung.
Organisasi nirlaba itu menyerukan agar industri pangan berhenti memproduksi makanan seperti ini dan regulator memperketat pengawasan.
"Kita punya banyak bukti bahwa terlalu banyak garam, gula, dan lemak berbahaya bagi tubuh, hal ini sudah diketahui sejak era junk food," ujar Professor of Medicine di Stanford University yang juga Direktur Stanford Prevention Research Center's Nutrition Studies Research Group, Christopher Gardner dikutip dari CNN International, Senin (6/10/2025).
Menurutnya, junk food masa kini lebih berbahaya karena ultra-proses dengan bahan tambahan kosmetik yang memicu makan berlebih dan banyak masalah kesehatan.
"Itulah masalah utamanya. Sudah saatnya kita fokus mengatasinya," kata ia.
AHA juga mengingatkan, orang dewasa sebaiknya membatasi konsumsi gula tambahan hingga kurang dari enam sendok teh per hari untuk perempuan dan sembilan sendok teh untuk laki-laki. Panduan dari AHA ini disebut datang di waktu yang tepat.
Data terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan, warga AS berusia di atas 1 tahun mendapatkan 55% dari total kalori hariannya dari makanan ultra-proses. Angka ini bahkan melonjak menjadi 62% untuk anak-anak usia 1-18 tahun.
Hal itu mengkhawatirkan, sebab riset menunjukkan adanya hubungan langsung antara konsumsi UPF dan risiko serangan jantung, stroke, diabetes tipe 2, obesitas, hingga kematian dini. Sebuah tinjauan pada Februari 2024 terhadap 45 meta-analisis yang melibatkan hampir 10 juta orang menemukan, hanya dengan satu porsi tambahan makanan ultra-proses per hari, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat hingga 50%.
Konsumsi UPF juga dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas sebesar 55%, gangguan tidur 41%, diabetes tipe 2 sebesar 40%, dan depresi sebesar 20%. Untuk mengurangi dampak kesehatan tersebut, AHA menyarankan masyarakat menghindari makanan ultra-proses tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan garam, sembari membatasi konsumsi sejumlah kecil UPF yang masih tergolong bergizi dan terjangkau.
Meski demikian, tidak semua pakar sepakat dengan pendekatan AHA. Profesor emerita nutrisi dan kesehatan masyarakat di New York University, Marion Nestle menilai fokus pada kategori "UPF sehat" justru menyesatkan.
"Penekanan pada istilah 'UPF sehat' tidak membantu karena jumlahnya sangat sedikit, dan riset terbaru menunjukkan bahkan UPF yang dianggap sehat tetap membuat orang makan lebih banyak kalori dibanding saat mengonsumsi makanan yang dimasak sendiri," kata Nestle.
Dalam panduan barunya, AHA membagi makanan ultra-proses ke dalam tiga kategori:
Paling sehat
Termasuk buah dan sayur segar atau beku tanpa tambahan gula/garam, biji-bijian utuh seperti oats dan beras merah, kacang tanpa garam, minyak nabati, susu rendah lemak, yogurt plain, daging tanpa lemak yang tidak diproses, air, serta produk nabati rendah gula dan lemak.
Cukup sehat
Meliputi nasi putih, pasta, susu full cream, roti gandum olahan segar, kacang asin, buah kaleng dalam sirup ringan, keju keras, pengganti telur, sup rendah natrium dan lemak, serta makanan siap saji yang terbuat dari bahan-bahan sehat.
Tidak sehat
Termasuk daging merah berlemak tinggi, daging olahan (seperti sosis, nugget, hot dog), mentega, lemak babi, minyak kelapa, krim asam, jus buah 100%, madu, sirup maple, keripik, makanan ringan manis, es krim, mie instan, pizza, makanan kaleng tinggi garam, serta minuman manis dan energi.
AHA menekankan, kualitas pola makan secara keseluruhan jauh lebih penting daripada sekadar memilih beberapa jenis UPF yang dianggap lebih baik. Gardner menegaskan, industri tidak bisa mendapat pembenaran hanya karena sebagian kecil produknya lebih sehat dibanding mayoritas makanan ultra-proses yang sarat gula, garam, dan lemak.
(miq/miq)