
Skandal Cinta dengan Diplomat, Ratu Kecantikan Bangladesh Dipenjara

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehidupan mantan ratu kecantikan Bangladesh Meghna Alam berubah drastis setelah hubungan pribadinya dengan seorang diplomat Arab Saudi berujung pada skandal besar dan penahanannya oleh pihak berwenang.
Meghna Alam (30 tahun) kini menjabat sebagai ketua Yayasan Miss Bangladesh. Ia adalah pemenang kontes Miss Earth Bangladesh 2020.
Alam mengaku pertama kali bertemu dengan duta besar Arab Saudi untuk Bangladesh, Essa Yousef Al Duhailan dalam sebuah acara di Dhaka pada September tahun lalu. Menurut pengakuannya kepada The Independent, sang diplomat memulai pendekatan dengan sikap yang sangat sopan dan religius.
Ia memberikan hadiah berupa Al-Qur'an, sajadah, mukena, hingga 200 kilogram kurma yang disebutnya sebagai hadiah dari Raja Arab Saudi kepada Alam. Tak lama, hubungan mereka berubah menjadi romantis.
"Saya memang sempat menyukainya. Dia terlihat seperti pria baik dan tulus," ujar Alam dilansir dari Independent, Senin (6/10/2025). "Saya sadar semuanya berjalan terlalu cepat," imbuhnya.
Namun kebahagiaannya itu tak bertahan lama. Alam mengaku dikejutkan ketika mengetahui diplomat tersebut ternyata sudah menikah. Sebelumnya, Duhailan disebut sempat bilang, bahwa diplomat Saudi tidak diperbolehkan menikahi warga Bangladesh karena peraturan negara.
Tak lama setelah kabar hubungan mereka beredar, muncul gosip Alam hamil dan melakukan aborsi. Seperti diketahui, isu itu sangat tabu di tengah masyarakat Muslim Bangladesh. Dari situ Alam mengaku, rumor itu membuat sejumlah merek menarik kontrak kerja sama dengannya.
"Banyak yang menolak saya dengan alasan tak ingin punya brand ambassador yang 'punya anak haram'," ujar Alam. "Padahal itu semua fitnah," jelasnya.
Situasi makin memburuk ketika seorang perempuan yang mengaku istri Duhailan menelpon dan menghina Alam dengan kata-kata rasis. "Dia bilang suaminya akan malu mengaku mencintai seorang Bangal (sebutan merendahkan untuk orang Bangladesh)," cerita Alam.
Beberapa hari setelah konfrontasi itu, pada 9 April 2025, Alam mengaku didatangi sekelompok pria berpakaian preman yang mengaku ingin memeriksa dokumen pribadinya dan menuduhnya menyimpan narkoba. Ia langsung melakukan siaran langsung di Facebook untuk mendokumentasikan kejadian tersebut.
Menurut pengakuannya, ia kemudian ditahan selama dua hari dan diinterogasi di fasilitas pemerintah rahasia tanpa akses ke pengacara atau keluarganya. Ia dipaksa menghapus video dan memberikan kata sandi akun pribadinya.
Kepolisian Dhaka menuduh Alam dan beberapa orang lainnya, termasuk pengusaha Dewan Samir, CEO Kawaii Group, sebagai bagian dari sindikat yang menggunakan perempuan untuk menjebak diplomat dan pengusaha kaya dalam skema romantis demi pemerasan. Ia juga dituduh membahayakan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.
Pada 10 April, pengadilan dilaporkan memerintahkan penahanannya selama 30 hari di bawah Undang-Undang Kekuasaan Khusus (Special Powers Act) dengan alasan "ancaman terhadap keamanan publik." Ia baru dibebaskan dengan jaminan pada 28 April.
Kasus Alam memicu kemarahan kelompok aktivis perempuan dan organisasi hak asasi manusia. Sebanyak 27 tokoh perempuan menulis surat kepada pemimpin interim Bangladesh, Muhammad Yunus, menuntut pembebasan Alam dan menyoroti pelanggaran hukum dalam penangkapannya.
Amnesty International menyatakan keprihatinan mendalam atas penggunaan Undang-Undang Kekuasaan Khusus, yang dinilai drakonian dan berpotensi disalahgunakan untuk menahan orang tanpa proses hukum jelas.
"Penahanan tanpa surat perintah dan penyiksaan psikologis melanggar prinsip hak asasi manusia," tulis Amnesty. "Pihak berwenang harus segera menuntut dengan pasal yang sah secara internasional, atau membebaskan Meghna Alam."
Alam mengaku diplomat Saudi itu meninggalkan Bangladesh pada hari yang sama dengan penahanannya, menonaktifkan akun media sosialnya, dan tak pernah kembali. Kini ia tinggal bersama orang tuanya karena terus mendapat intimidasi dan pelecehan daring.
"Mereka membuat saya seolah-olah perempuan tak bermoral," ujarnya dengan suara bergetar. "Saya kehilangan pekerjaan, rumah, dan nama baik saya," sambungnya.
Sebagai simbol hubungannya tak melanggar norma, Alam selalu membawa Al-Qur'an dan mukena pemberian sang diplomat saat menghadiri sidang pengadilan.
Sudah hampir setahun sejak Alam mengenal diplomat itu, tapi ia mengaku hidupnya belum kembali normal. "Setiap bulan saya masih harus datang ke pengadilan, dan banyak orang menganggap saya hanya mencari sensasi. Padahal saya hanya ingin keadilan," kata ia.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6 Cara Hidup Sederhana yang Tetap Berkelas di Tengah Tren Flexing
