Jepang Alami Krisis Bir Gara-Gara Serangan Hacker, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang tengah mengalami kekurangan pasokan bir yang dipicu oleh serangan siber yang mengganggu operasional di Asahi Group Holdings, produsen bir terbesar di Negeri Sakura.
Melansir Euro News, serangan tersebut dimulai Senin (29/9) dan telah memaksa perusahaan untuk menghentikan sementara sebagian operasionalnya. Pesanan, pengiriman, dan layanan pusat panggilan pelanggan di Jepang telah terdampak, meskipun sistem di luar negeri tidak terpengaruh.
Sebagai dampaknya, produksi bir ikut terganggu di sebagian besar pabrik Asahi yang totalnya ada 30. Hingga kini belum jelas kapan sistem akan kembali beroperasi.
"Kami sedang aktif menyelidiki penyebabnya dan berupaya memulihkan operasional. Namun, saat ini belum ada perkiraan waktu pemulihan," kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan pada Senin, seperti dilansir Euronews.
Asahi telah membatalkan berbagai acara dan menunda peluncuran produk akibat serangan siber tersebut. Meski begitu, perusahaan memastikan bahwa tidak ada data pelanggan yang bocor.
Asahi menyatakan bahwa pelaku menggunakan ransomware, tetapi mereka masih menyelidiki akar penyebab insiden tersebut.
Ransomware sendiri merupakan program jahat yang menyusup dan mengenkripsi data atau mengunci sistem, lalu pengirimnya meminta tebusan untuk memulihkan akses tersebut.
Media Jepang melaporkan sejumlah toko swalayan tidak menerima kiriman dan stok bir Asahi kian menipis.
Sebagai informasi, Asahi yang berbasis di Tokyo didirikan pada tahun 1889. Salah satu minuman terpopuler perusahaan ini adalah bir beras Super Dry. Selain produk alkohol mereka yang terkenal, Asahi juga memproduksi sari apel, jus, makanan bayi, permen, dan beberapa produk makanan lainnya.
Saham Asahi anjlok lebih dari 1% pada hari Jumat, level terendah yang belum pernah terlihat sejak Februari.
(hsy/hsy)