
WHO Buka Suara soal Vaksin Buat Autisme, Ini Penjelasannya

Jakarta, CNBC Indonesia- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) buka suara soal Tylenol dan vaksin membuat autisme. Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan itu, Senin.
Trump mengatakan bahwa ibu hamil harus "bertahan" dan menghindari Tylenol karena adanya kaitan dengan autisme. Tylenol adalah obat pereda nyeri yang biasa diresepkan ke ibu hamil, yang memiliki kandungan asetaminofen atau parasetamol, dan dianggap sebagai bahan teraman untuk dikonsumsi selama kehamilan.
Trump juga mendesak perubahan besar pada vaksin standar yang diberikan kepada bayi. Trump sendiri mendukung gerakan anti-vaksin.
Ia menebarkan keraguan atas vaksin standar termasuk vaksin MMR, yang mencakup campak, gondongan, dan rubela. Trump menyiratkan bahwa ia akan mengakhiri penggunaan umum aluminium dalam vaksin, yang keamanannya telah dipelajari secara luas.
Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, mengakui bahwa terdapat beberapa studi observasional yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara paparan asetaminofen atau parasetamol sebelum lahir dengan autisme. Namun, ia mengatakan kepada wartawan di Jenewa, "buktinya masih belum konsisten".
Ia menunjukkan bahwa sejumlah studi yang dilakukan sejak studi observasional tersebut "tidak menemukan hubungan semacam itu". Jika hubungan antara asetaminofen dan autisme kuat, tambahnya, kemungkinan besar hubungan tersebut telah diamati secara konsisten di berbagai studi.
Ia memperingatkan agar tidak "menarik kesimpulan asal-asalan tentang peran asetaminofen dalam autisme". "Vaksin tidak menyebabkan autisme," tegasnya dimuat AFP.
Ia mengatakan jadwal imunisasi anak, yang dipandu dengan cermat oleh WHO, telah diadopsi oleh semua negara dan telah menyelamatkan setidaknya 154 juta jiwa selama 50 tahun terakhir. Jadwal ini, tambahnya, terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan kini melindungi anak-anak, remaja, dan orang dewasa dari 30 penyakit menular.
Namun, ia memperingatkan bahwa ketika jadwal imunisasi ditunda atau diganggu, atau diubah tanpa tinjauan bukti, terdapat peningkatan tajam risiko infeksi. Ini tidak hanya bagi anak tetapi juga bagi masyarakat luas.
"Setiap dosis yang terlewat meningkatkan kemungkinan tertular penyakit menular yang mengancam jiwa," ujarnya.
Perlku diketahui, mengidentifikasi akar autisme, kondisi kompleks yang berkaitan dengan perkembangan otak yang diyakini banyak ahli terjadi terutama karena faktor genetik, telah menjadi fokus utama Menteri Kesehatan Trump, Robert F. Kennedy Jr. Kennedy telah menyebarkan klaim bahwa vaksin menyebabkan autisme selama beberapa dekade.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berbahayakah Demam pada Anak Setelah Disuntik Vaksin? Ini Kata Dokter
